Kali ini saya mau mendongeng beneran nih. Kisahnya saya ambil dari buku komik Doraemon jilid 13, yg baru saja dibeli oleh adik saya :
Suatu saat, Nobita yang sarung tangan baseball-nya robek, meminta yang baru kepada Doraemon. “Berpikirlah bahwa apa saja yang kamu mau, nggak bisa didapat semudah itu. Manja, tahu!” tolak Doraemon. “Ah, nggak usah terlalu mudah, susah sedikit juga nggak apa-apa kok,” balas Nobita. Akhirnya Doraemon menyerah dan mengeluarkan sesuatu dari kantung ajaibnya. Beberapa buah sedotan, “ ini namanya sedotan jutawan,” ujar Doraemon. “Dengan membawa ini ke mana-mana, permintaan kita bisa terpenuhi,” lanjutnya.
Doraemon lalu coba mencontohkan cara memakainya pada Nobita. “Aku ingin makan cake kacang!” pinta Doraemon pada sedotan itu. “Lho, cake kacangnya kan ada di lemari, kalau ambil sendiri nanti dimarahi ibu lho!” ingat Nobita pada Doraemon. Kucing robot itu hanya tersenyum, lalu mereka berdua berjalan keluar dari kamar Nobita dan menuruni tangga. Tiba-tiba ayah Nobita berlari menuju ke arah mereka, “berikan sedotan itu, cepat!” pintanya. Ternyata ayah Nobi menggunakan sedotan itu untuk mengutak-utik hidungnya agar bersin. “Haachi!!! Ah, leganya..” kata ayah. Doraemon kemudian meminta ayah agar sedotan itu ditukar sesuatu. “Oh ya, ini ada kelereng kaca yang kupungut tadi, ayah nggak tahu ini apa,” . “Wah, sasarannya meleset nih,” ujar Nobita pada Doraemon. Doraemon bergeming. Tiba-tiba giliran ibu Nobita yang datang sambil berlari, “Nah, itu dia!!” teriaknya. “Itu setelan kancing ibu yang hilang. Terima kasih Doraemon! Oh ya, kalau mau makan cake kacang yang di lemari boleh lho,” ibu Nobi berlalu sambil bersenandung gembira. ‘Betul kan?” ujar Doraemon. “Wah, hebat!” timpal Nobita.
Nobita lalu meminta sedotan lain pada Doraemon. “Sarung tangan baseball!” ujar Nobita pada sedotan itu. Nobita lalu berjalan-jalan ke luar rumah sendiri. “Nah, itu dia!” dilihatnya Suneo sedang bermain-main bola baseball dengan sarung tangannya. Nobita menghampiri si anak kaya itu sembari menggoyang-goyangkan sedotan itu di depan muka Suneo. Tidak terjadi apa-apa. Suneo hanya bengong kebingungan, “itu tipuan apa sih?” Nobita ikut bingung. Dia lalu berlalu dari Suneo sambil menggaruk-garuk kepala. Beberapa saat kemudian dilihatnya Shizuka. Nobita melakukan hal yang sama, mendekatkan sedotan itu pada Shizuka. Bukannya memberi apa-apa, Shizuka malah menagih hutang, “ Oh iya! Uangku yang waktu itu untuk makan es krim soda mana?!” Nobita langsung lari kabur.
Akhirnya si anak berkacamata itu hanya bisa melamun di ayunan di taman kota. “Huh, sebenarnya bisa nggak sih?” keluhnya sambil menatap sedotan di tangannya. Dilihatnya seorang ibu dan anaknya yang sedang menangis. “Waaaa, mau main tiup sabun! Huwaaa...” rengek anak itu. “Tapi lihat tuh, sedotannya kamu jatuhin ke lumpur, gimana dong?” ujar sang ibu pada anaknya itu. “Eng..gimana kalau pakai sedotan ini, belum saya pakai kok,” Nobita menghampiri mereka dan menawarkan sedotannya. “Wah, terima kasih, nak!” ibu itu lalu memberikan Nobita sebiji uang logam. “Ini kayaknya belum waktunya jadi sarung tangan,” katanya dalam hati, sambil meninggalkan taman tadi.
Nobita melambung-lambungkan koin itu di tangannya sambil berjalan. Seketika koin itu terlepas dan jatuh menuruni jalan turunan. “Hei!” Nobita berusaha mengejarnya. Koin itu terpental dan masuk ke mulut seorang pengemis yang sedang tidur. “Waaaa! Sarung tanganku!” tangis Nobita. Si pengemis terbangun dan heran, “Kenapa, dik? Apa, uang koinnya tertelan saya? Wah, saya nggak bisa ngasih apa-apa nih sebagai gantinya. E...gimana kalau ini aja?” Pengemis itu memberikan selembar koran bekas yang dipakainya sebagai alas tidur tadi kepada Nobita. Mau tidak mau, Nobita pun menerimanya.
“Duh..sarung tangannya makin jauh nih,” keluh Nobita sepanjang jalan. Hatinya mulai putus asa. Dia merasa permintaannya semakin jauh dari terkabul. Tiba-tiba, ketika melewati sebuah WC umum, dari jendela WC itu nampak sebuah tangan melambai-lambai padanya. “Dik, dik! Kalau ada kertas boleh minta dong!” kata orang di dalam WC itu. Nampaknya orang itu butuh kertas untuk membersihkan dirinya setelah BAB. Nobita pun lalu memberikan koran yang dibawanya tadi. Sesaat kemudian, orang itu keluar dari WC dan menghampiri Nobita. “Wah, terima kasih sekali, Dik! Saya sedang dalam perjalanan menuju transaksi penting, kalau terlambat bisa rugi besar. Berkat kamu, saya tertolong!” Orang itu ternyata adalah seorang direktur toko olahraga. Begitu senangnya, dia menawarkan Nobita, “kamu boleh minta sesuatu!” Nobita pun meminta sarung tangan baseball, dan orang itu memberikannya. Nobita bahagia bukan kepalang, akhirnya permintaannya ternyata terkabul.
Inti dari dongeng kali ini bukan tentang Nobita-Doraemonnya. Lagian mana ada sedotan kayak begitu, gw juga mau! (tapi syirik juga ya, minta sama sedotan, hehe). Akan tetapi, ada satu pelajaran yang bisa diambil dari kisah sini.
Kita (termasuk saya sendiri) tentu sering memohon sesuatu kepada Allah, dan berharap agar segera dikabulkan. Kita lalu mengeluh apabila setelah ditunggu sekian lama, doa kita tak kunjung menjadi kenyataan. Tak hanya mengeluh, bahkan seringkali kita merasa kecewa pada Allah, apabila ternyata sesuatu yang kita terima tidak sesuai dengan doa dan harapan kita. Padahal, sungguh Allah SWT Maha Mengetahui, sementara kita tidaklah mengetahui apa-apa kecuali sedikit.
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” demikian bunyi Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 216. Allah adalah yang Menciptakan kita dan Mengatur seluruh alam ini, jadi Dia tentu lebih tahu mana dan bagaimana yang terbaik bagi kita, dibandingkan diri kita sendiri.
Sebagaimana yang dialami Nobita di atas, seringkali kita berada dalam kondisi di mana bukannya harapan kita terkabul, tapi justru nampak makin menjauh. Seringkali kita memohon sesuatu, tapi yang terjadi justru sebaliknya, bahkan lebih buruk. Dalam kondisi seperti ini, biasanya manusia otomatis akan megeluh bahkan mengutuk Tuhan, hingga kadang enggan berdoa lagi. Itu berarti, kita tengah lupa, bahwa Allah SWT pasti senantiasa mengabulkan doa kita. “Aku Mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia memohon kepada-Ku..” (QS.Al Baqarah : 186).
Hanya saja ada 3 cara yang Dilakukan Allah dalam Mengabulkannya : Dikabulkan, Ditunda, atau Diganti yang lebih baik. Terkadang, Allah sebenarnya hanya menunda saja dalam memberikan apa yang kita minta. Kalau Dia terlebih dahulu Memberikan ujian dan cobaan, sebelum Mengabulkan doa kita, bisa jadi Dia punya maksud tertentu. Bisa jadi Dia hanya ingin Melihat bagaimana reaksi kita (apakah sabar atau tidak, bersyukur atau tidak), ataukah ingin Menjadikan kita lebih tangguh, atau sekedar Memberi pelajaran agar kita tidak sombong saat kita menjadi apa yang kita inginkan nantinya. Wallahu a’lam bi showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar