Halaman

Rabu, 11 Juni 2014

Prediksi Piala Dunia 2014

Saya membagi Piala Dunia ke dalam dua kategori, yaitu PIala Dunia yang ‘minim kejutan’ dan ‘penuh kejutan’. Sejak Piala Dunia 1994, piala dunia pertama yang ‘abnormal’ karena banyaknya kejutan, maka selanjutnya siklus piala dunia menjadi seperti ini : Piala Dunia 1994 : penuh kejutan - Piala Dunia 1998 : minim kejutan - PD 2002 : penuh kejutan – PD 2006 : minim kejutan – PD 2010 : penuh kejutan. Apabila mengikuti siklus tersebut, maka seharusnya PD 2014 kali ini akan minim kejutan.
Ada 2 ‘ciri’ utama dari piala dunia yang minim kejutan :
1. Tidak ada satu tim Asia pun yang lolos ke babak 16 besar
2. Hanya akan tersisa maksimal 2 tim kuda hitam saja di babak perempat final
Tapi ada satu catatan, bahwa minim kejutan di sini bukan berarti grand finalnya kemudian akan mempertemukan 2 tim yang sebelumnya memang berada di urutant teratas daftar tim yang paling diunggulkan (Brasil vs Spanyol misalnya). Contohnya Piala Dunia 2006 yang sangat sedikit kejutannya itu justru mempertemukan Italia dan Prancis, dua tim yang kala itu sedang tidak berada dalam performa terbaiknya, di partai puncak. Sedangkan Piala Dunia 2010 yang banyak kejutannya, ujung-ujungnya tetap saja dijuarai oleh Spanyol, yang memang paling banyak diunggulkan untuk menjadi juara.

*keterangan : yang ditulis merah adalah tim yang lolos

Grup A
Peluang lolos : Brasil (53%), Meksiko (27%), Kroasia (16%), Kamerun (4%)
Brasil sebagai tuan rumah dan juga merupakan tim raksasa, tak terbantahkan akan menjadi penguasa grup. Meksiko adalah sebuah tim yang selama ini selalu dapat merepotkan Brasil, bahkan sering mengalahkan mereka. Hal ini menjadikan mereka sebagai tim yang paling berpeluang mendampingi tim Samba ke 16 besar. Namun, Kroasia yang berisikan pemain-pemain macam Luka Modric dan Mario Mandzukic juga memiliki potensi yang lebih dari cukup untuk mengganjal Meksiko. Kamerun lolos ke PD 2014 dengan diliputi penuh keberuntungan, jadi nampaknya tim berjuluk Indomitable Lions itu hanya akan jadi juru kunci grup.

Grup B
Peluang lolos : Spanyol (41%), Belanda (38%), Cili (14%), Australia (7%)
Banyak yang menyebut grup ini sebagai grup maut. Saya tidak setuju. Justru grup ini menjadi tidak menarik karena bersifat two horses race. Spanyol dan Belanda relatif tidak punya rintangan untuk menjadi wakil grup B di babak 16 besar. Tim matador dan tim oranye hanya akan berebut posisi juara grup saja. Cili yang memiliki karakter bermain kuat khas Amerika Latin dan materi pemain yang lebih baik dari Australia, akan menempati posisi tiga.

Grup C
Peluang lolos : Kolombia (26%), Pantai Gading (26%), Yunani (24%), Jepang (24%)
Nah, justru grup C inilah grup maut yang sesungguhnya. Kekuatan keempat tim betul-betul sangat merata, tidak ada satu tim yang lebih baik dari tim lainnya. Tadinya saya memprediksi Kolombia paling besar peluangnya jadi juara grup. Namun, seiring cederanya andalan utama sekaligus nyawa tim mereka, Radamel Falcao, peluang itupun menurun. Meski begitu, negaranya Andreas Escobar tetap saya prediksi bisa lolos meski mungkin butuh perjuangan ekstra. Setiap gelaran piala dunia sejak 1990, selalu ada satu tim (tidak kurang, tidak lebih) Afrika yang lolos ke 16 besar. Tahun ini, ‘jatah’ itu nampaknya akan jadi milik Pantai Gading, mengingat tim-tim Afrika lain berada satu grup dengan tim-tim besar dan sulit untuk lolos. Yunani punya potensi besar untuk mengejutkan, sebagaimana yang mereka lakukan di Euro 2004. Apalagi negeri dewa-dewi ini punya level permainan yang konsisten. Jepang mungkin terbentur oleh kutukan ‘piala dunia minim kejutan’ terhadap tim-tim Asia (sebagaimana saya jelaskan di bagian pendahuluan tadi). Namun, dengan level permainan yang terus meningkat, ditambah makin banyaknya pemain mereka yang jadi andalan klub-klub besar Eropa, maka menjadi juara grup sekalipun masih mungkin bagi tim Samurai Biru. Intinya, ini adalah the real hell, grup yang paling sulit diprediksi.

Grup D
Peluang lolos : Italia (34%), Uruguay (33%), Inggris (31%), Kostarika (2%)
Saya pikir semua pengamat sepakat mengenai status grup ini sebagai grup neraka. Ada tiga tim kuat dan memiliki sejarah panjang di piala dunia, yang memiliki peluang sama besarnya untuk lolos dari grup ini. Italia memang terpuruk pada PD 2010, namun setelah itu mereka kembali ke jalurnya dengan melaju ke final Euro 2012 dan lolos ke PD 2014 sebagai juara grup tanpa terkalahkan di babak kualifikasi. Biasanya tim besar yang terpuruk di PD sebelumnya akan bisa melangkah jauh di PD berikutnya. Uruguay, meski kondisi Suarez masih meragukan, namun tetap saja memiliki banyak modal lain untuk bicara banyak di PD kali ini. Antara lain adalah materi pemain yang bagus, pengalaman sebagai semifinalis di PD sebelumnya, dan tuah tanah Brasil terhadap mereka. Tuah yang dimaksud adalah motivasi mengulang kejayaan di PD 1950 di tempat yang sama, dan jarak yang dekat sehingga memudahkan suporter berbondong-bondong datang mendukung. Inggris dengan materi pemain muda menjanjikan dan memiliki liga terbaik di dunia tetap tidak bisa dipinggirkan dari persaingan. Kostarika boleh dibilang hanya akan menjadi pelengkap semata. Meski begitu, biasanya tim yang menjadi satu-satunya non-unggulan di sebuah grup maut akan mampu mencuri setidaknya satu poin dari salah satu tim. Saya prediksi ‘korban’ Kostarika tersebut adalah antara Italia atau Inggris.

Grup E
Peluang lolos : Prancis (43%), Honduras (21%), Swiss (21%), Ekuador (15%)
Prancis, yang performanya masih naik-turun, sangat beruntung hasil undian menempatkan mereka di grup ini. Di antara tiga tim lainnya, belum ada yang bisa menyaingi kemampuan tim Ayam Jantan. Honduras adalah tim yang terus mengalami perkembangan dewasa ini dan punya ‘hobi’ menjadi giant killer. Sedangkan Swiss adalah tim Eropa yang, sebagaimana Yunani, memiliki level permainan yang konsisten. Kedua tim ini saya prediksi akan bersaing ketat untuk menjadi runner-up grup. Ekuador sudah pernah mengejutkan di PD 2006, dan biasanya hal seperti itu sulit untuk diulang (alias keajaiban tak datang dua kali).

Grup F
Peluang lolos : Argentina (56%), Bosnia-Herzegovina (23%), Nigeria (16%), Iran (5%)
Argentina saya jadikan sebagai tim dengan nilai presentase peluang tertinggi untuk lolos dari grupnya, di antara semua tim peserta piala dunia. Ini dikarenakan, dengan segala kelebihan yang mereka miliki – mulai dari materi pemain bintang, penyerang-penyerang yang ganas, motivasi tinggi karena bermain di tanah ‘tetangga gaduh’, hingga rasa penasaran dari sang megabintang Lionel Messi terhadap trofi piala dunia – mereka dipertemukan dengan tim-tim lawan yang levelnya masih sangat sulit untuk bisa menyaingi Tim Tango. Bosnia-Herzegovina adalah jagoan saya di PD kali ini, dan memang banyak yang memprediksi Edin Dzeko cs. bisa menjadi tim kuda hitam. Nigeria untuk ketiga kalinya harus bertemu Argentina di ajang piala dunia. Modal sebagai juara Afrika sama sekali bukan jaminan bersih untuk bisa lolos dari grup ini, meski mereka tetap bisa menjegal langkah Bosnia. Iran, seperti di tiga PD yang pernah mereka ikuti, masih sulit untuk sekedar bisa menang sekalipun.

Grup G
Peluang lolos : Jerman (39%), Portugal (30%), Ghana (17%), A.S (14%)
Istilah yang paling tepat untuk menggambarkan grup ini adalah : gampang-gampang susah. Jerman memang sangat diunggulkan. Selalu melaju hingga babak semifinal 4 turnamen besar terakhir (PD ataupun Euro) sudah cukup menggambarkan betapa mengerikannya timnas satu ini. Portugal memang kelihatannya terlalu bergantung pada CR7. Namun, ‘anehnya’ cukup dengan mengandalkan sang megabintang saja, tim yang belum pernah jaura PD ini tetap mampu beberapa kali tampil hebat. Ghana memang berhasil lolos ke babak knock-out dalam dua piala dunia berturut-turut 2006-2010. Namun, dengan menghitung juga peluang tim-tim Afrika lain, maka seperti yang saya bilang tadi (lihat : pembahasan grup C) jatah satu tiket miliki wakil Benua Hitam kali ini akan menjadi milik Pantai Gading. Ini adalah untuk ketiga kalinya berturut-turut A.S berjumpa dengan Ghana di piala dunia, dan dalam 2 pertemuan sebelumnya mereka selalu kalah. Maka sepertinya tim negeri Paman Sam yang dilatih Juergen Klinsmann hanya akan mempersulit Jerman saja.

Grup H
Peluang lolos : Belgia (38%), Russia (36%), Korsel (20%), Aljazair (6%)
Belgia banyak diperhitungkan sebagai tim yang bisa melaju jauh bahkan menyaingi tim-tim besar. Modal ‘generasi emas’ jadi alasannya. Namun, menurut saya, bagi sebuah tim yang belum banyak pengalaman di turnamen besar, status unggulan tersebut bisa menjadi beban bagi Belgia sendiri. Sementara Russia yang ditangani oleh pelatih bermental juara, Fabio Capello, punya peluang besar untuk bisa mengambil keuntungan dari rasa grogi pesaingnya dari sesama Eropa tersebut. Korea Selatan belakangan mulai menurun penampilannya, ditambah dengan adanya kutukan terhadap tim Asia (lihat : bagian pendahuluan), sepertinya kali ini mereka tidak akan mengulang prestasi di PD 2010 dengan lolos ke 16 besar. Namun, untuk sekedar berada di atas Aljazair, itu masih sangat mungkin.

*keterangan : yang ditulis merah adalah tim yang menang

16 besar
Brasil vs Belanda (59-41)
Saat yang tepat untuk membalas dendam PD 2010, itulah yang akan timbul dalam pikiran para pemain tuan rumah. Belanda yang sedang dalam fase regenerasi, akan mengalami banyak kesulitan untuk membendung tim Samba yang telah memiliki segudang modal menghadapi kompetisi ini. Sneijder dan Robben akan mengakhiri karir mereka di piala dunia di babak ini.

Kolombia vs Uruguay (47-53)
Duel sesama Amerika Latin, menarik. Dengan pola permainan yang hampir sama dan sudah saling mengenal, pertarungan akan berlangsung ketat. Pemenang akan ditentukan oleh siapa yang memiliki materi pemain sedikit lebih baik, dan itu adalah Uruguay.

Prancis vs Bosnia-Herzegovina (48-52)
Dalam setiap gelaran ‘piala dunia minim kejutan’ sekalipun, biasanya tetap akan ada satu tim kejutan, dan umumnya mereka adalah tim dari Eropa Timur. Contohnya adalah Bulgaria di PD 1994, Kroasia di PD 1998, Turki di PD 2002, dan Ukraina di PD 2006. Ada dua tim yang sebenarnya memiliki peluang untuk menjadi kuda hitam di PD ini, yaitu Belgia dan Bosnia. Namun, tim Belgia (lihat : pembahasan grup H) akan memiliki beban dari harapan banyak orang terhadap mereka, dan itu bisa membuat ‘jatah’ tim kejutan melayang ke tangan Bosnia. Prancis memang tetap memiliki peluang besar untuk lolos, mengingat mereka sedang dalam fase kebangkitan dan ditangani oleh pelatih bertangan dingin Didier Deschamps. Namun pada akhirnya benturan yang keras ini tetap akan dimenangi oleh Dzeko cs.

Jerman vs Russia (65-35)
Lagi-lagi Capello mentok di babak 16 besar. Materi 100% pemain klub lokal yang dimilikinya bisa menjadi nilai plus, tapi bisa juga menjadi sebuah blunder. Menghadapi tim sekelas Mesut Ozil dkk., maka yang kedua yang benar.

Spanyol vs Meksiko (67-33)
Meksiko lolos secara sangat beruntung ke PD 2014 ini, hanya berkat ‘pertolongan’ gengsi A.S yang tidak ingin kalah dari Panama di partai terakhir babak kualifikasi zona Concacaf. Saya pribadi pun menganggap tim Sombrero tidak ada di piala dunia kali ini. Sangat kebetulan kalau sampai mereka betul-betul bertemu tim raksasa Spanyol di 16 besar, biar cepat tersingkirlah.

Italia vs Pantai Gading (72-28)
Dalam ‘piala dunia minim kejutan’, perjuangan tim Afrika biasanya hanya akan sampai di babak 16 besar. Itu juga yang akan dialami Yaya Toure cs. Italia, yang sebagaimana Prancis, berada dalam fase kebangkitan, akan sangat mampu untuk memanfaatkan tradisi tersebut.

Argentina vs Honduras (73-27)
Menghadapi Lionel Messi dkk.? Kejutan besar Honduras akan berhenti sampai di sini. #udahituaja

Belgia vs Portugal (46-54)
Belgia yang jadi sorotan, akan memiliki beban besar (lihat : pembahasan grup H). Meski begitu, Cristiano Ronaldo cs. tetap tidak akan mudah untuk mengalahkan mereka. Hasil akhir dimenangkan oleh mereka yang lebih berpengalaman.

Perempatfinal
Brasil vs Uruguay (61-39)
Maracana, 16 Juli 1950. Final piala dunia, jadi tuan rumah, didukung 200.000 penonton, dan ….. kalah. Seluruh rakyat Brazil tidak akan pernah lupa hari itu. Dan pertemuan ini (jika memang benar-benar terjadi), akan menjadi momentum untuk membalas dendam kesumat tersebut. Dan kali ini, sepertinya tuan rumah akan sukses.

Bosnia-Herzegovina vs Jerman (36-64)
Bosnia akan mengikuti jejak Ukraina 2006, kuda hitam yang kalah di perempatfinal dari kandidat juara.

Spanyol vs Italia (53-47)
Ulangan final Euro 2012 dan semifinal Piala Konfederasi 2013. Dalam dua kesempatan tersebut, Spanyol menang relatif mudah. Akan tetapi, perjuangan tim matador akan lebih sulit lantaran lawan sudah mulai hafal cara menangkal tiki-taka mereka. Meski begitu, Spanyol yang masih mengandalkan hampir semua alumnus PD 2010 masih terlalu tangguh bagi pasukan muda Gli Azzuri.

Argentina vs Portugal (56-44)
Finally, Messi vs Ronaldo in World Cup! Ini mungkin sudah menjadi ekspektasi banyak penggila bola, dan secara alur kompetisi harapan itu sangat mungkin terwujud di gelaran kali ini. Dan sebagaimana di La Liga dan perebutan Ballon D’Or, Messi yang akan memenangkan pertarungan ini.

Semifinal
Brasil vs Jerman (49-51)
Empat kali berturut-turut lolos hingga semifinal 4 turnamen beruntun (lihat : pembahasan grup G) rasanya sudah cukup bagi Jerman. Inilah saatnya melangkah lebih jauh. Apalagi para pemain yang empat tahun lalu masih tergolong muda, kini sudah berada pada usia emas. Sedangkan Brasil, sangat gatal ingin kembali merebut trofi yang terakhir direngkuh 12 tahun yang lalu. Brasil sudah menjuarai ajang ini sebanyak lima kali dan ironisnya, mereka justru gagal dalam kesempatan pertama menjadi tuan rumah pada PD 1950. Tentu mereka ingin menebus hal tersebut dalam kesempatan kedua ini. Jadi, boleh dibilang duel ini sebagai duel sesama tim dengan ambisi ‘Now or Never’. Tapi feeling saya mengatakan Jerman yang akan menang. Ya, hanya feeling. Karena kekuatan dan kondisi mental kedua tim sangat seimbang. Dukungan penonton tidak selalu ‘ngefek’ untuk piala dunia.

Spanyol vs Argentina (47-53)
Spanyol juara lagi? I don’t think so. Mereka masih mengandalkan muka-muka lama. Permainan tiki-taka, meski sudah banyak dimodifikasi oleh Del Bosque sendiri, namun tetap saja sudah mulai terbaca. Liga Champions sudah membuktikan itu melalui kegagalan Barcelona dan Bayern Muenchen-nya Pep. Jadi, langkah juara bertahan kemungkinan besar akan selesai di fase ini. Setelah 1986, baru kali ini tuan rumah kembali ke Amerika Latin. Jadi, inilah waktu yang tepat bagi tim Tango untuk unjuk gigi, setelah sekian lama ‘terbenam’.

Perebutan Juara 3
Brasil vs Spanyol (54-46)
Perebutan tempat ketiga sering menjadi duel ‘barisan sakit hati’. Gengsi akan lebih menentukan daripada faktor teknis. Gengsi dan motivasi lebih tinggi umumnya lebih dimiliki oleh tuan rumah dibandingkan juara bertahan.

Final
Jerman vs Argentina (51-49)
Di manapun, kompetisi apapun, partai grandfinal selalu sulit untuk diprediksi. Bahkan sekalipun misalnya duel yang terjadi adalah antara tim unggulan vs non-unggulan. Apalagi bila sesama tim unggulan dengan materi pemain dan kualitas permainan yang setara. Jerman vs Argentina ini mirip dengan Italia vs Prancis di final 2006. Pertarungan akan berlangsung sengit hingga menit terakhir. Kedengarannya normatif, tapi memang itulah yang akan terjadi. Para pemain kedua tim sama-sama berada di usia emas dan performa puncak. Liga Jerman sedang berkembang pesat, namun para pemain Argentina juga menjadi andalan di tim-tim papan atas liga Eropa. Yang agak berbeda adalah gaya permainan. Jerman lebih mengandalkan power dan umpan panjang dengan mengandalkan sayap, sementara Argentina lebih mengandalkan skill individu pemain dan permainan pressing. Satu hal yang juga bisa menjadi pembeda adalah faktor pelatih. Joachim Loew di kubu tim panser memiliki pengalaman dan kapabilitas lebih baik dari Alejandro Sabella di kubu Argentina. Namun, pelatih berprinsip keras seperti Sabella kadang dapat mengejutkan. Dari berbagai hitung-hitungan, maka saya menilai Jerman lebih siap untuk menjadi juara kali ini, sekaligus menjadi tim Eropa pertama yang menjadi juara piala dunia yang digelar di benua Amerika. Argentina sepertinya butuh regenerasi.


Yang jelas, semua ini hanya prediksi, sangat mungkin salah. Bahkan, sebagai seorang penyuka kejutan, saya justru berharap prediksi saya kali ini banyak yang salah J