Halaman

Senin, 16 Mei 2011

Cinta tak Mengenal Kompetensi

Aku mengakuinya, kalau aku mungkin memiliki penyakit minder yang kronis (viewer : “maaf mas, ini sama kayak artikel satunya”). Oh, sorry, oke aku ganti... Aku sering banget ngerasa punya penyakit minder yang laten. Tiap kali suka sama cewek, aku selalu mundur. Aku gak berani mendekati. Karena, aku takut dia nggak mau. Ya iyalah. Mana mau cewek sama cowok yang gak punya sesuatu yang bisa dibanggakan, macam aku ini. Udah lemah, gak dewasa, masa depan gak prospek, perfect deh pokoknya. Apalagi kalau tuh cewek dah punya cowok yang jauh lebih baik dari aku dalam banyak hal. Atau, cewek itu sendiri yang lebih hebat dari aku. Dan pada akhirnya, jadilah aku kehilangan seorang wanita yang paling aku cintai (yang bagiku dan banyak orang, dia seorang wanita yang hebat). 

Tapi, terus aku jadi berpikir. Emang bener ya kalau aku berpikiran seperti itu? Bukannya itu nampak bodoh banget. Masa’ sih, gak bakal ada yang mau sama aku. Sekarang gini : gimana kalau ada yang mau sama aku, tapi orangnya gak sesuai kriteriaku? Yang jelas, aku nggak menerimanya.. Lho? Kalau emang aku ini ngerasa minder, kenapa aku nolak cewek itu? Kan aneh. Berarti, aku gak minder dong? Apa sih sebenarnya yang ada di pikiranku? 

Ada sebuah perumpamaan. Kalau ada cewek yang aku sukai, tapi aku ngerasa minder, aku akan bilang, “Bukanku menolakmu untuk mencintaiku, tetapi lihat dulu siapakah diriku. Kau orang hebat, aku orang yang payah..(alah, malah nyanyi),” Kalau ada cewek yang suka sama aku, tapi bukan tipeku, akan bilang, “Sorry, sorry, sorry, sorry, naega, naega, meonjeo, sorry, sorry, naega, michyeo, baby..(eh, salah lagu),” pokoknya intinya aku akan bilang kalau aku bukan yang terbaik baginya.. Lho? Koq pernyataannya berbeda? Nah! Di sinilah letak kesalahan cara berfikirku. 

Jadi, harusnya aku menjawab dengan jawaban yang sama : “Karena aku bukan yang terbaik bagimu dan kamu bukan yang terbaik bagiku,” Ya. Gak seharusnya kompetensi diri aku jadiin sebagai patokan buat nyari jodoh. Karena apa? Karena cinta sesungguhnya tidak mengenal kompetensi. Dah banyak buanget fakta orang biasa-biasa saja nikah dengan seorang bintang. Banyak orang, maaf, yang fisiknya gak sempurna, nikah dengan orang yang fisiknya begitu cantik atau ganteng. Banyak orang yang pendidikannya tinggi nikah dengan yang di bawahnya. Kalau cinta mengenal kompetensi, mengapa semua itu bisa terjadi. 

Cinta emang gak kenal sama yang namanya kecerdasan, kekayaan, IQ, ketangguhan, kedewasaan, atau apapun itu yang suka sekali dibanding-bandingkan sama manusia antar sesamanya. Cinta cuma kenal sama yang namanya ketulusan hati, kesetiaan, dan apa yang telah digariskan sama Yang Di Atas. So, ngapain aku masih ngerasa minder? Sebaliknya, ngapain juga aku harus ngerasa sombong? Cari aja yang sebaik mungkin bagimu, usaha sampai poll, minta sama Tuhan, dan selanjutnya serahkan aja sama Dia. Bakal dikasih yang terbaik koq. Dan baik atau enggak, gak tergantung sama kompetensi ;) 

Minggu, 15 Mei 2011

SNMan (profil-bag.1)

Adik-adik (bapak-bapak juga boleh), ini adalah dongeng pertama di blog ini yang berupa dongeng dalam arti sesungguhnya, alias cerita fantasy. Cerita ini udah kak joe buat sejak kelas 5 SD dulu, dan jadi awal kak joe jadi suka nulis. Maka, kak joe pun menjadikan cerita ini sebagai salah satu favoritnya kak joe. 

Judulnya adalah SN Man atau Super Natural Man. Menjiplak judul salah satu serial horror populer Amerika? Jelas sama sekali nggak, kan kak joe bikinnya udah jauh sebelum ada serial itu. Judulnya norak? Biarin! Namanya juga nulisnya waktu masih SD, masih anak-anak, jadi wajar kalau masih suka nyari judul yang simple-simpel semacam itu. Kak joe pun sama sekali nggak berniat untuk mengubahnya, karena bagi kak joe pribadi itu adalah orisinalitas dari karya ini dan udah identik sama penokohannya. 



Pengantar
Super Natural Man merupakan tokoh superhero fiksi yang diciptakan oleh kak Joe (alias saya sendiri), sebagai salah satu superhero pertama ciptaannya. Karakter SNMan sendiri sedikit  banyak menyadur dari tokoh superhero terkenal, Superman. Meskipun begitu, cerita,kekuatan,kepribadian, maupun hal-hal yang berhubungan dengan SNMan banyak berbeda dengan superman. 
SNMan adalah superhero yang berasal dari Indonesia, khususnya Jogjakarta, dan alur ceritanya pun bersettingkan budaya setempat. Namun kemudian kisah SNM sendiri meluas hingga menjangkau wilayah global dan merepresentasikan berbagai problem multidimensional. SNMan sendiri memang jarang muncul di seri SNM season 2 dan 3, namun figurnya tetap menjadi salah satu sentral film meski tidak menonjol. Kekuatan SNMan antara lain mampu untuk terbang, menembakkan energi dari tangannya,tenaga dalam,dsb.  
Pengkarakteran SNMan banyak berkembang seiring perkembangan mental, pengalaman, serta pemikiran penciptanya. Perkembangan tersebut meliputi pula alur cerita seputar tokoh ini sendiri. 

Sinopsis Biografi Karakter (SNMan, season 1)
sumber gambar:ngobrolaja.com
Joko Ahmadi ditemukan oleh seorang petani Gunung Kidul bernama Suryatno dan istrinya di depan rumah mereka ketika berumur 4 bulan. Joko lalu tumbuh sebagai anak yang cerdas dan bermental baja. Dia memiliki ambisi terpendam untuk dapat menjadi seorang pahlawan seiring seringnya dia menyaksikan ketidakadilan terhadap orang susah di Negaranya. 
Ketika SMA Joko disekolahkan di kota Yogya. Ketika tengah mengadakan acara di Kalikuning, Joko yang sedang berjalan sendirian melihat seorang kakek. Mbah Maridjan, nama kakek itu, memberinya sebuah batu yang harus disimpannya, dengan satu pesan, ‘ada kekuatan sebenarnya’. Joko menyimpan batu itu baik-baik, hingga suatu saat tiba-tiba dia bisa menembakkan laser dari tangannya. Joko terkejut. Lama-kelamaan dia kemudian mencoba terbang dari lantai dua sekolahnya dan berhasil. 
Joko lantas menggunakan kekuatan barunya untuk menolong orang banyak. Joko menggunakan topeng untuk menyembunyikan identitasnya. Dia juga menyelamatkan teman-temannya dari pertengkaran dengan sekolah lain. Namun usahanya ini ternyata tidak disukai oleh pihak-pihak tertentu yang kemudian berusaha menghentikan aksinya. Niat jelek kelompok tersebut selalu gagal, hingga mereka lantas mengambil jalan menyandera kedua orang tua Joko di kampung, setelah mereka mengetahui identitas SNMan sebenarnya. 

Ketika hendak menyelamatkan kedua orang tuanya tersebut, SNMan terlambat. Tiba-tiba dia kehilangan kekuatannya dan sang penjahat lantas membunuh ayah-ibunya itu. Joko merasa sangat sedih. Dalam kondisi kesal, dia mencari Mbah Maridjan. Mbah Maridjan (yang ternyata juru kunci Gunung Merapi itu) lantas menjelaskan bahwa maksud pesannya dulu adalah agar Joko tidak tergantung sepenuhnya pada batu itu, karena batu tersebut bukanlah apa-apa, dan sumber dari semua kekuatan sesungguhnya hanyalah Tuhan. Joko menyadari kesalahannya dan kini dia tidak lagi memakai topeng dalam aksinya dan lebih suka tampil apa adanya. 
Sementara itu paman Joko menyampaikan wasiat dari ayah-ibunya untuk memberitahu Joko bahwa mereka bukanlah orang tua kandungnya. Orang tua Joko yang sebenarnya masih merupakan misteri. Setelah lulus dari Perguruan Tinggi, Joko bekerja di sebuah perusahaan tekstil, PT.Elbise. Ternyata pimpinan perusahaan tersebut adalah Linda, sahabat Joko saat kecil. Linda dan Joko semakin akrab. Linda yang memiliki kekuatan telepati, mengetahui bahwa Joko mencintainya. Linda lantas memperkenalkan Joko dengan teman-temannya yang juga memiliki kekuatan super, seperti Butet, Ki Sastro, Wastu, dan Wabai. Mereka lalu merintis the SNM teams, yang tujuannya membantu manusia dengan kekuatan mereka. 

Dalam seri SNM season 1, SNMan sendiri tidak terlalu banyak tampil. Bersama SNM teams, SNMan membantu Kim dan Kertovic mencari Fragnance Peach. Kemudian mereka juga menyelamatkan The Professors dan dr.Heal dari sergapan Asker. Di sisi lain, season 1 ini lebih banyak menampilkan tokoh-tokoh lain seperti General Jack, Samsat-Srapan, Xanthi, Tsang Liao Cheng, Hellchain, serta kisah mengenai Gantam Village dan cerita konflik Ferrum Family. 
SNMan baru kembali mendapat porsi cerita yang penuh, ketika seorang supervillain bernama Yster mulai merajalela. SNM teams harus menyelamatkan beberapa asset negara milik Indonesia yang hendak dicuri oleh penjahat Nigeria itu. Dalam konflik dengan Yster inilah, Linda menemukan sebuah fakta mengejutkan bahwa Yster alias Yusuf Obode adalah ayah kandung Joko. Sayang, Linda terlambat menyampaikannya pada Joko, yaitu ketika Yster tengah sekarat saat bertarung dengan Joko. SNMan dan Yster yang baru menyadari bahwa mereka adalah ayah-anak, akhirnya saling menangis. Dan Yusuf menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan Joko. Joko kemudian mencari ibu kandungnya berdasar petunjuk dari anak buah Yster, Black Fire. Ternyata ibu Joko adalah Noora Kasim, perempuan Turki yang tengah dirawat di sebuah rumah sakit di negaranya lantaran lever. Karena Noora tak memiliki biaya, Joko dan Linda mengobatinya hingga kondisi Noora membaik. Joko dan Linda akhirnya melangsungkan pernikahan di hadapan ibu kandung Joko itu. 

Daya Tarik Interpersonal Lalita Gandaputri

Kali ini saya akan membahas mengenai orang-orang yang paling menjadi inspirasi dalam hidup saya. Salah satunya, yang akan pertama kali saya profilkan di blog ini adalah reporter metro tv biro Jogja, Lalita Gandaputri. Saya tidak menjadikannya idola dikarenakan dia adalah reporter stasiun tv terkenal. Saya kurang cocok dengan paradigma yang dimiliki oleh stasiun tv tempatnya bekerja itu, apalagi mereka belakangan sangat cenderung mempolitisasi segala sesuatu dengan tujuan mengangkat sang pemimpin mereka (untuk jadi capres mungkin). Bahkan saya tidak peduli Lalita bekerja di stasiun tv mana. Saya mengidolainya murni karena dirinya seorang, dengan segala karakter dan perilakunya. 

Lalita Gandaputri saya rasa memang tepat dijadikan sebagai jurnalis yang diidolai, meskipun namanya mungkin tidak terlalu populer di kancah pertelevisian Nasional. Dia adalah reporter lapangan yang luar biasa tangguh. Saya telah mengetahuinya sejak sekitar awal tahun 2009, dan langsung menjadikannya sebagai idola saya saat itu juga. Pada tanggal 8 Agustus 2009, dia dengan beraninya terjun langsung dalam arena tembak-tembakan antara densus 88 dengan seseorang yang diduga buronan kasus terorisme saat itu, Noordin M.Top, di dusun Beji, Temanggung. Pada saat itu, dialah satu-satunya jurnalis wanita yang begitu dekat dengan titik pusat arena penyergapan tersebut. Kemudian pada HUT kemerdekaan RI tahun yang sama, dia dengan berani menuruni jurang yang curam di gua Grubug, Gunung Kidul, untuk meliput upacara pengibaran bendera di dalam gua tersebut. 

Kisah heroik Lalita tak berhenti sampai di situ. Lalita berulang kali kemudian meliput berbagai kejadian penangkapan teroris lain, dan itu membuatnya sering disebut sebagai ‘reporter spesialis teroris’. Pada saat Merapi menggeliat pada periode Oktober-November 2010 yang lalu, Lalita (lagi-lagi) dengan beraninya berkali-kali mencoba mendekati daerah zona berbahaya di sekitar puncak gunung berapi teraktif di dunia tersebut. Dia juga pontang-panting meliput evakuasi para pengungsi Merapi saat itu, mulai dari saat para penduduk masih di kampungnya di sekitar Merapi sampai di pengungsian. Pada masa inilah nama Lalita makin melambung di dunia jurnalisme Indonesia, dan jumlah fans-nya semakin berlipat. Soal fans inilah yang akan saya bahas lebih lanjut. 

Saat ini jumlah friends Lalita di facebook adalah sekitar kurang lebih 4100 orang teman. Kemudian jumlah fans di page-nya di situs jejaring sosial yang sama, berjumlah sekitar 3000 fans. Jumlah ini bahkan mengalahkan para seniornya di metro tv seperti Fessy Alwi yang memiliki jumlah fans sebanyak 1900-an orang, kemudian Zelda Savitri (1400-an fans), hingga Fifi Aleyda Yahya dengan 640-an fans. Lalita juga telah mengalahkan sejumlah reporter atau presenter berita tv lain yang telah lebih dahulu terkenal seperti Rosiana Silalahi (2100-an fans), Indy Rahmawati (7000-an fans+friends, sama dengan Lalita), sampai Nova Rini (jumlah hampir sama). Bahkan jumlah fans Lalita mendekati reporter senior metrotv yang kini menjadi anggota DPR, Meutya Hafid, dan wartawan internasional, Desi Anwar. Belum lagi ditambah follower twitter-nya yang dalam kurun waktu kurang dari enam bulan telah memperoleh 1109 followers. Padahal, kalau mau dinilai secara objektif, mungkin presenter-presenter berita tadi wajahnya boleh dibilang lebih rupawan. Kecerdasannya juga lebih nampak. Sementara kalau dasarnya adalah jilbab, banyak reporter lain yang juga berjilbab. Lalu, kenapa Lalita bisa mendapat begitu banyak penggemar? Daya tarik interpersonal (interpersonal attraction) adalah salah satu jawabannya. 

Secara teoritis, interpersonal attraction dapat diartikan sebagai seseorang atau kelompok yang cenderung untuk dievaluasi secara positif, cenderung didekati, dan didekati dengan perilaku positif juga (Brigham, 1991). Daya tarik tak melulu bicara soal fisik. Donn Byrne menyatakan sebuah law of attraction (hukum daya tarik) yang isinya menyatakan bahwa daya tarik seseorang terhadap orang lain salah satunya bergantung pada proporsi reinforcement positif yang dia berikan. Reinforcement artinya adalah penguatan. Penguatan positif bisa berupa kesamaan antara ‘dia’ dengan ‘saya’, ataupun bagaimana kemungkinan ‘saya’ akan mendapatkan peningkatan konsep diri atau reward emosional serupa lainnya ketika berinteraksi dengan ‘dia’. 

Dalam kasus Lalita Gandaputri ini, salah satu hal yang membuat wanita asal Trenggalek (Jawa Timur) ini menjadi menarik karena dia dipandang sebagai representasi masyarakat umum. Bagaimana dia seringkali terjun ke lapangan secara langsung dan sporadis, berhubungan secara supel dengan masyarakat, kemudian ditunjang penampilannya yang sederhana namun tetap smart, membuat masyarakat awam kebanyakan akan melihat Lalita sebagai bagian dari mereka. Berbeda bila mereka melihat presenter-presenter studio, yang nampak lebih unreachable dalam banyak hal. Kesederhanaan, keceriaan, dan keberanian Lalita justru membuatnya menjadi lebih menarik dan charming

Bagaimana Lalita seringkali begitu ekspresif dalam membawakan berita, juga dapat memberikan harapan pada penontonnya, bayangan bahwa Lalita akan menanggapi mereka secara positif dan antusias seandainya bertemu atau berkomunikasi. Reward yang ini berhubungan juga dengan faktor lain penyebab seseorang memiliki daya tarik interpersonal, yaitu ‘mood’. Dengan kata lain adalah pembawaan. Lalita memiliki kemampuan membawakan dirinya nampak begitu menyenangkan bagi orang lain dan membuat orang merasa nyaman bila di dekatnya. Berbeda dengan kebanyakan presenter berita yang bagi orang awam seringkali dianggap terlalu serius.  

Sekilas, kajian ini nampak hanya bermaksud memuji-muji seorang Lalita Gandaputri. Sebenarnya tidak juga. Analisa di atas dapat diterapkan juga pada banyak tokoh lain, atau bisa juga digunakan sendiri oleh kita untuk dapat menjadi orang yang memiliki daya tarik bagi orang lain. Terlepas dari semua itu, untuk mbak Lalita Gandaputri, saya mau menyampaikan sesuatu dalam bahasa gaul : “Sumpah, gua nge-fans banget sama lo!” 

sumber pustaka :
Brigham, J.C.(1991).Social Psychology.NY:Harper Collins

Rabu, 11 Mei 2011

Dia Masih Juara

Aku bukan pemilih
Keangkuhan bukan bagian hatiku
Aku hanya seorang pengelana
Mencari bagian hatiku

Ini bukanlah ketinggian hati
Ini adalah penghargaan
Pemuliaan bakal terkasih
Penyematan gelar bagi yang terbaik
Bagi juara dari para juara

Dan gelar itu
Jatuh kepadanya
Masih jatuh kepadanya

Gelar itu belum tercabutkan
Tak dapat tercabut
Tanpa belaian hukum

Hukummu
Hukumku
HukumNya

Dan dia
Masih juaranya

Senin, 02 Mei 2011

The Divers


Pembaca sudah membaca nama blog ini bukan ? Oke, kalau begitu, sesuai judulnya, saya akan mendongeng. ‘Dongeng’ ini mungkin akan terkesan terlalu khayal, obsesif, mengada-ada, atau mungkin bisa dianggap gila. Tapi biarlah orang mau ngomong apa. Yang jelas, dalam dongeng ini sebenarnya terselip ide-ide segar bagi siapa yang bisa sedikit saja jeli membacanya. Barangkali begitu, sekiranya izinkan saya mulai mendongeng.

Mulai maraknya kembali era boyband-girlband di Asia, termasuk Indonesia saat ini mengingatkan saya kembali akan khayalan lama saya. Dulu saya pernah terpikir untuk membentuk sebuah girlband, yang berisikan teman-teman saya dari SD sampai dengan kuliah ataupun yang di luar itu, yang memiliki suara paling bagus (setidaknya menurut saya) dan berpenampilan menarik (paling nggak lumayan lah untuk potongan anggota girlband). Kini, ide-ide itu coba saya bangkitkan kembali, dan kali akan saya tuangkan dalam blog pribadi saya ini. Siapa tahu orang-orang yang saya sebut di sini membaca, terus kaget, terus mencari dan memaki-maki saya (hehehe. peace, friend.. ^^v). Atau mungkin ada produser musik yang tertarik kepada mereka, kemudian mewujudkan ide saya ini. Siapa tahu, daripada cuma jadi khayalan melulu. Oh ya, nama girlbandnya adalah The Divers. 

Tahun-tahun Pertama (2002-2005)
Pada awal tahun 2002, bos Senyum Entertainment, Johan Satria Putra, terpikir untuk membentuk sebuah group vokal wanita atau girlband, untuk melengkapi berbagai talenta yang telah mereka bentuk sebelumnya, seperti group musik instrumental Buto Ijo dan group band Orphan. Johan bersama CEO Fajar Nugroho kemudian mencoba menelusuri bakat-bakat yang ada di almamater-almamater Johan dari SD hingga SMA. Dengan mengumpulkan berbagai info yang ada, ditambah dengan seleksi dan audisi, maka diperoleh empat orang anggota pertama dari girlband Senyum ini. Dari alumni SD Percobaan 2 diambil lah Herdiani Agusti (Atiek), dari alumni SMPN 6 dipilih F.Putri Bertha (Putri), dan dari SMAN 6 yang direkrut adalah Rimbar Prista Santi (Rimbar). Satu lagi adalah  Astuti (Tutik), yang pernah menjadi asisten rumah tangga di rumah Johan. Saat itu, ketiga gadis yang disebut pertama tadi tengah duduk di bangku kelas 2 SMA, sementara Tutik baru saja pulang dari bekerja di HongKong. 

Nama ‘the Divers’ sendiri awalnya dicetuskan oleh gitaris Orphan Band, yaitu Ria. Nama ini lantas diapresiasi oleh manajemen dan disetujui oleh keempat anggota the Divers. Kata ‘Divers’ berasal dari kata ‘Diva’. Harapannya, kelak mereka akan lebih mirip seperti gabungan empat orang diva daripada sebuah group vokal biasa. Setelah melalui berbagai pre-training selama kurang lebih 1 tahun, pada bulan Februari 2003 album pertama mereka yang berjudul ‘Kepompong’ dirilis.

Pada awalnya, single pertama mereka yang berjudul ‘Cinta Sudah Lewat’ tidak terlalu sukses dan belum mampu menembus pasaran. Barulah pada single kedua mereka yang berjudul sama dengan albumnya, ‘Kepompong’, berhasil booming di pasaran dan cukup digemari oleh anak-anak muda pada masa itu. Bahkan lagu tersebut sukses nangkring di posisi 1 tangga lagu Indonesia selama kurang lebih 4 minggu, dan selama 10 minggu tidak pernah keluar dari posisi 10 besar. Begitu pula dengan single berikutnya, ‘Aku Bukan Boneka’. Hal ini menjadikan the Divers memperoleh penghargaan sebagai penyanyi pendatang baru terbaik pada AMI (anugerah musik Indonesia) dan di beberapa ajang penghargaan lain tahun 2003. 


Sukses album pertama ini nampaknya kurang membuat manajemen puas. Ada yang dirasa masih kurang dari group ini. Pada awalnya, salah satu niat dari Senyum untuk membentuk girlband ini adalah membuat sebuah group vokal yang unik, khas, dan berbeda. Salah satu kekhasan yang diharapkan adalah terdapat variasi warna suara dan genre musik dari para anggotanya. Sebelumnya sudah ada Rimbar yang powerful, Putri yang nge-rock abis, Tutik yang bersuara halus dengan cengkok melayunya, serta Atiek yang piawai memainkan organ/keyboard. Akhirnya Senyum merekrut seorang personil lagi, yaitu Andy Fadillah (Fara), yang memiliki suara Jazz yang lembut dan bisa berimprovisasi (berfalsetto) dengan sangat baik.
Kehadiran Fara diikuti peluncuran album kedua, yaitu ‘Album Rindu’. Dinamai demikian karena album ini baru lahir pada 2005 atau dua tahun setelah album pertama, dikarenakan pada tahun 2004 para personil the Divers sibuk mengikuti UAN dan mencari Universitas. 

Single pertama pada album ini, ‘Kasmaran’, langsung berhasil menempati papan atas tangga lagu Indonesia dan kemudian meraih penghargaan sebagai lagu terbaik di akhir tahun. Pun dengan penjualan albumnya yang mencapai angka 500 ribu keping. Itu merupakan rekor penjualan album Indonesia terlaris terakhir sebelum masuknya era network media yang penuh dengan pembajakan. Dua single berikutnya, ‘Lantai Dansa’- yang memiliki konsep video klip yang unik (dugem menggunakan lampu senter dan lilin di saat mati lampu)  dan meraih penghargaan sebagai video terbaik- serta ‘Lagu Rindu’, juga berhasil nongkrong di posisi teratas berbagai tangga lagu tanah air selama beberapa minggu. The Divers juga mulai laris sebagai bintang iklan dan diundang dalam berbagai acara televisi, ditambah jadwal konser yang makin padat. Pada awal 2006, album kedua ini berhasil meraih platinum. Salah satu faktor kesuksesan itu salah satunya bisa jadi karena the Divers muncul di saat tidak begitu banyak girlband yang eksis pada masa itu, sehingga kehadiran mereka memberikan warna tersendiri di belantika musik Indonesia. 


Kejayaan (2006-2009)
Pada akhir tahun 2005, Senyum merekrut satu orang lagi, yaitu Maria Kumalararas (Raras). Raras sebelumnya adalah backing vokal di group Buto Ijo dan juga salah satu anggota paduan suara Senyum Orchestra. Kehadiran Raras yang memiliki musikalitas yang tinggi, memberikan pengaruh positif bagi peningkatan performa the Divers. Pada awal 2006, album ketiga mereka, ‘Kepadamu Kasih’ dirilis. Sukses kembali diraih. Single mereka yang berjudul ‘All is Well’ berhasil menempati posisi 1 tangga lagu Indonesia selama 15 minggu berturut-turut dan sekaligus mencetak sebuah rekor baru di Indonesia ! Padahal single itu hanyalah sebuah single lepas yang awalnya ditujukan untuk menghibur para korban bencana alam gempa bumi Jogja Mei 2006. Seluruh keuntungan yang diraih dari single itu pun lalu disumbangkan sepenuhnya kepada para korban. Sementara itu single yang dirilis kemudian dari album ketiga tadi, yang berjudul ‘Gombal’ berhasil mendekati sukses ‘All is Well’ dan bahkan membawa the Divers mulai menembus pasar Malaysia dan Singapura. 

Album keempat the Divers yang dirilis pada pertengahan 2007, ‘Hanya Cinta’, boleh disebut sebagai album tersukses mereka. Single mereka yang berjudul ‘Hanya Cinta yang Bisa’ membawa the Divers meraih berbagai penghargaan di berbagai ajang, termasuk di antaranya sebagai group musik terbaik di sctv music award, AMI, hingga MTV Asian music award. Sementara lagu ‘Mari Bercinta’ berhasil mencetak rekor tersendiri dalam penjualan RBT (ringback tone) di Indonesia. Pada tahun ini juga, the Divers mulai merambah dunia Internasional, di antaranya Malaysia, Singapura, bahkan hingga negara-negara Asia Timur seperti China, Korea, dan Jepang. Lagu-lagu mereka seperti ‘Hanya Cinta yang Bisa’, ‘Cuma Kamu’, dan ‘Mari Bercinta’ menempati posisi 1 di tangga lagu Malaysia dan Singapura selama beberapa pekan. Sementara di Hong Kong, Taiwan, dan Jepang, the Divers juga meraup beberapa penghargaan. 


Pertengahan tahun 2008, the Divers mulai mencoba untuk menembus pasar Eropa dan Amerika. Antara lain dengan merilis album dan single berbahasa Inggris pertama. Single mereka yang berjudul ‘I Miss You’ dari album internasional ‘the Divers’, ternyata belum mampu mendapat tanggapan positif dari industri musik negeri Paman Sam. Meski demikian, lagu tersebut berhasil diputar di sejumlah negara Eropa seperti Inggris dan Belanda. Single kedua dari album ini, ‘Naughty’menggunakan konsep musik gabungan dari rap, rock, serta dangdut. Video klipnya pun dibuat bernuansa sangat Indonesia, seperti penggunaan kebaya batik, mandau, topeng leak, wayang, serta berbagai asesoris dan properti etnik lain. Ternyata lagu ini berhasil meraih sukses besar dengan menembus pasar Amerika, serta meraih berbagai penghargaan di Eropa dan Asia. Tidak hanya itu, gara-gara lagu ini, musik dangdut dan budaya Indonesia makin populer di mancanegara dan mampu membuat dunia luar makin penasaran dengan Indonesia. Dampak tidak langsungnya, jumlah wisatawan asing ke Indonesia meningkat pesat. Begitu pula dengan peminat budaya Indonesia di sejumlah universitas di Australia, Jepang, dan Belanda. Penyanyi dan group-group Indonesia lainnya pun ikut kena getahnya, karena makin digemari di luar negeri. Buntutnya, the Divers memperoleh penghargaan dan lencana kehormatan dari Negara, khususnya kementerian Pariwisata dan Budaya. 

Seiring kesuksesan yang diraih, undangan konser untuk the Divers di berbagai negara makin melimpah. The Divers kemudian meraih rekor sebagai group musik Indonesia yang paling banyak melakukan konser di luar negeri. Mulai dari Asia Tenggara, Asia Timur, India, Eropa, Amerika Latin, hingga Amerika Serikat. Bahkan di Timur Tengah, the Divers berhasil menjadi girlband tersukses sepanjang sejarah dengan rekor penjualan albumnya di sana yang mengalahkan Spice Girl! The Divers mungkin bisa disebut sebagai satu-satunya girlband di dunia ini yang mampu menyanyikan berbagai jenis lagu dengan cengkok yang tepat. Hal ini bisa dilihat (dan didengar) dari genre musik bawaan dari masing-masing personilnya yang berbeda-beda. Ada yang pop, rock, jazz, klasik, hip hop, dan ada juga yang lihai bernyanyi dangdut. Satu lagi, mereka juga bisa berbahasa asing (khususnya Inggris) lebih baik daripada girlband-boyband dari Asia Timur. Nampaknya taktik pemasaran berbasis kultur ini sudah dirancang oleh manajemen Senyum sejak lama.


Pada tahun 2009, the Divers sempat merilis mini album bertajuk ‘Nusantara’, dengan single andalan berjudul sama. Band Buto Ijo juga terlibat sebagai pengiring musik etnik. Album ini diluncurkan dalam rangka promosi ‘Visit Indonesia 2009’ di mana pemerintah RI bekerjasama dengan Senyum Entertainment. The Divers dengan kepopulerannya di manca negara dianggap paling tepat menjadi duta wisata bagi Indonesia. Sebelumnya pada tahun 2007 the Divers juga pernah ditunjuk menjadi salah satu pengisi album resmi Piala Asia 2007 yang diselenggarakan di Asia Tenggara. 
Pada tahun 2009 itu juga, tepatnya pada bulan Oktober the Divers merilis album Internasional kedua mereka, ‘Hard to Say Sorry’. Single pertama album tersebut, ‘Sorry’, music video-nya berhasil meraih penghargaan di AMA (American Music Award) sebagai video klip terbaik lantaran konsepnya yang unik (menampilkan hantu-hantu ala Indonesia). MV resminya di situs youtube sendiri ditonton oleh tidak kurang dari 200 juta viewers. Patut diketahui, rata-rata penonton MV the Divers di youtube adalah berkisar 80 jutaan viewers per MV-nya. Puncaknya, single berikutnya yang berjudul ‘Lady Mermaid’ berhasil membawa the Divers meraih Grammy Award sebagai group vokal terbaik pada tahun 2010, dan menjadikan the Divers sebagai penyanyi Indonesia pertama yang mampu meraih penghargaan musik paling bergengsi di dunia tersebut. Dengan kata lain, pada hari itu mereka resmi menjadi legenda. 


Mempertahankan Kesuksesan (2010-sekarang)
Sukses the Divers merambat ke berbagai bidang di luar musik. Group ini mendapat kontrak komersial eksklusif dari sejumlah perusahaan Internasional untuk mempromosikan produk mereka. Masing-masing personil the Divers juga mendapatkan job lain di luar manggung seperti menjadi bintang iklan, bermain film, menjadi host, juri ajang adu bakat, hingga mengeluarkan album solonya masing-masing. Hal ini lantas sering menimbulkan isu bubarnya group vokal ini. Isu ini terus-menerus ditepis oleh manajemen dan juga para anggota the Divers sendiri. Mereka menekankan bahwa apa pun yang terjadi, the Divers tetaplah enam orang. “Bila satu orang keluar, maka kami bubar. Dan kami menjamin tak akan ada yang keluar, sampai kapanpun, sampai kami tak bisa menyanyi lagi,” ujar sang kapten tim, Rimbar. 

Meskipun dalam perjalanannya sempat beberapa kali dirundung masalah, namun karir the Divers terbilang stabil. Mereka termasuk sebagai group vokal wanita Indonesia yang termasuk tahan lama dan mengalami karir yang meningkat. Di saat berbagai group vokal lain sempat lama vakum ataupun gonta-ganti personil, the Divers tak pernah mengalami perpecahan. Salah satu kuncinya, menurut manajemen Senyum, adalah karena kekompakan antar personilnya telah dibangun sedemikian rupa. Salah satunya adalah dengan menggelar pertemuan rutin antara 6 orang personil selama sepekan sekali, yang berisi sharing, curhat, dan kegiatan lain yang intinya adalah pengakraban dan pemecahan masalah bersama. 

Dalam menghadapi persaingan pasar, the Divers mampu membaca arah zaman, dengan tetap mempertahankan ciri khas mereka. Misalnya ketika sekarang jamannya girlband harus pintar nge-dance, the Divers telah mengantisipasinya sejak 2008 lalu dengan memperbanyak berlatih koreo (yang merupakan kelemahan mereka), tanpa haru meniru style koreografi atau tarian negara manapun. Sehingga dance yang dibawakan tetaplah dance ala the Divers, atau ala Indonesia, namun tetap dapat diterima anak muda penikmat dance-dance kontemporer. 

Selain itu, the Divers juga dikenal setia terhadap prinsip yang telah mereka pegang sejak awal terbentuk, seperti untuk tidak berpakaian terlalu seksi dan berperilaku yang rawan gosip. Kunci sukses lain adalah konsistensi dalam mempertahankan identitas khasnya, serta terus meningkatkan kualitas vokal mereka tanpa berhenti di jalan. Kini di saat para personilnya makin bertambah usia dan banyak yang akan menikah, ditambah makin banyaknya pesaing yang bermunculan, banyak pengamat dan kritikus yang menyebut bahwa era mereka telah habis dan tidak akan bertahan lama. The Divers pun merasa tertantang untuk membuktikan eksistensinya. “Grammy 2010 itu baru awal,” ujar Raras. Rencananya, pada pertengahan 2011 mereka akan merilis album terbarunya dengan sejumlah kejutan.