Halaman

Jumat, 09 Mei 2014

Pandawa di bawah Kendali Sengkuni

Tersebutlah dalam dunia pewayangan, sebuah kitab yang biasa sebut sebagai ‘Mahabharata’. Kitab ini mengisahkan mengenai pertempuran antar dua kelompok yaitu Kurawa dan Pandawa. Kurawa dan Pandawa sebenarnya adalah saudara sepupu. Namun, karena kedzaliman dari pihak Kurawa terhadap Pandawa, ditambah dengan perebutan kerajaan Hastinapura, maka permusuhan yang berujung pada pertempuran di antara keduanya pun tak terelakkan.
Kurawa dan Pandawa adalah anak-anak dari dua orang kakak beradik, Destarastra dan Pandudewanata. Destarastra memiliki seratus orang anak, dengan anak yang tertua sekaligus sebagai pemimpin bernama Duryodhana. Kelompok anak Destarastra inilah yang disebut sebagai Kurawa. Kurawa memiliki watak yang kejam, keras, sombong, arogan, dan licik. Sementara Pandudewanata memiliki lima orang anak yang biasa disebut dengan Pandawa Lima, yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Pandawa memiliki karakter jujur, sederhana, rendah hati, tegas, kuat, namun teraniaya.
Namun, sebenarnya salah satu faktor yang menjadi penyebab perilaku Kurawa yang negatif tersebut adalah adanya hasutan dari Sengkuni. Sengkuni adalah patih di kerajaan Hastinapura yang adalah juga adik ipar dari Destarastra. Sengkuni merupakan sosok yang sangat licik dan manipulatif. Sedari awal dia telah menghasut Destarastra untuk memusuhi Pandu dan merebut tahta Hastinapura. Setelah Destarastra menjadi raja dan para Kurawa lahir, Sengkuni memprovokasi Duryodhana dan adik-adiknya untuk menyingkirkan Pandawa Lima dan menguasai penuh kerajaan.
 
pandawa lima
patih sengkuni

Sengkuni memang dikisahkan sebagai tokoh yang suka menghasut pihak-pihak yang potensial menjadi penguasa dan mudah untuk dipengaruhi. Dia juga gemar memprovokasi. Namun, metode yang dia gunakan sangat halus dan cerdas, hingga para dewan menteri Hastinapura yang sebenarnya tidak suka padanya dan mencium kelicikannya pun tak mampu mengeluarkan dia dari kerajaan.
Dalam dunia perpolitikan di Indonesia pasca reformasi ini, banyak ‘Sengkuni’ bertebaran di mana-mana. Sebagaimana Sengkuni dalam Mahabharata tadi, para sengkuni Indonesia ini gemar menjilat kepada para penguasa, serta menyusun siasat bagaimana caranya agar dapat memperoleh keuntungan ekonomi yang besar, menjadi kebal dari hukum, dan juga menyebarkan pemikiran atau ideologinya. Di sisi lain, sebagaimana juga salah satu motivasi Sengkuni adalah untuk meruntuhkan kerajaan Hastinapura, maka terdapat pula ‘sengkuni-sengkuni’ yang motivasi sebenarnya adalah menghancurkan mental dan ekonomi bangsa negara ini, sehingga menjadi mudah untuk dikuasai.
Satu hal yang patut diwaspadai oleh rakyat Indonesia, para ‘Sengkuni’ itu sekarang tidak lagi mendekati kubu Kurawa, namun justru beralih kepada para Pandawa. Sengkuni melihat Kurawa sekarang sudah tidak bisa lagi diajak kerjasama. Entah karena kubu Kurawa merasa sudah bisa bekerja sendiri, merasa cukup dengan modal yang ada untuk berkuasa, ataukah malah mereka sudah mau bertobat.
Sementara di sisi lain kubu Pandawa sekarang sudah mulai unjuk gigi dan makin populer. Bisa jadi karena rakyat juga sudah bosan dengan kebusukan para Kurawa. Sengkuni yang sangat licik dan licin itupun memanfaatkan momentum tersebut untuk mencoba mengalihkan hasutannya kepada para Pandawa. Gawatnya, Pandawa nampaknya termakan oleh hasutan tersebut hingga bersedia menuruti perintah dan permintaan Sengkuni.

Rakyat boleh jadi tidak menyukai kubu Kurawa yang mungkin memang masih menyimpan sifat-sifat buruknya. Tapi rakyat juga harus hati-hati, karena Pandawa yang protagonis itu sekarang sudah dibackingi oleh Sengkuni. Tentu saja motivasi Sengkuni masih tetap sama : berkuasa secara ideologis, ekonomi, dan politik, tanpa mempedulikan rakyat. Hmm…kalau begini caranya, sepertinya rakyat Indonesia masih harus bersabar lebih lama untuk menunggu datangnya ‘satrio piningit’ yang sesungguhnya.