Halaman

Tampilkan postingan dengan label soccer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label soccer. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Juni 2014

Prediksi Piala Dunia 2014

Saya membagi Piala Dunia ke dalam dua kategori, yaitu PIala Dunia yang ‘minim kejutan’ dan ‘penuh kejutan’. Sejak Piala Dunia 1994, piala dunia pertama yang ‘abnormal’ karena banyaknya kejutan, maka selanjutnya siklus piala dunia menjadi seperti ini : Piala Dunia 1994 : penuh kejutan - Piala Dunia 1998 : minim kejutan - PD 2002 : penuh kejutan – PD 2006 : minim kejutan – PD 2010 : penuh kejutan. Apabila mengikuti siklus tersebut, maka seharusnya PD 2014 kali ini akan minim kejutan.
Ada 2 ‘ciri’ utama dari piala dunia yang minim kejutan :
1. Tidak ada satu tim Asia pun yang lolos ke babak 16 besar
2. Hanya akan tersisa maksimal 2 tim kuda hitam saja di babak perempat final
Tapi ada satu catatan, bahwa minim kejutan di sini bukan berarti grand finalnya kemudian akan mempertemukan 2 tim yang sebelumnya memang berada di urutant teratas daftar tim yang paling diunggulkan (Brasil vs Spanyol misalnya). Contohnya Piala Dunia 2006 yang sangat sedikit kejutannya itu justru mempertemukan Italia dan Prancis, dua tim yang kala itu sedang tidak berada dalam performa terbaiknya, di partai puncak. Sedangkan Piala Dunia 2010 yang banyak kejutannya, ujung-ujungnya tetap saja dijuarai oleh Spanyol, yang memang paling banyak diunggulkan untuk menjadi juara.

*keterangan : yang ditulis merah adalah tim yang lolos

Grup A
Peluang lolos : Brasil (53%), Meksiko (27%), Kroasia (16%), Kamerun (4%)
Brasil sebagai tuan rumah dan juga merupakan tim raksasa, tak terbantahkan akan menjadi penguasa grup. Meksiko adalah sebuah tim yang selama ini selalu dapat merepotkan Brasil, bahkan sering mengalahkan mereka. Hal ini menjadikan mereka sebagai tim yang paling berpeluang mendampingi tim Samba ke 16 besar. Namun, Kroasia yang berisikan pemain-pemain macam Luka Modric dan Mario Mandzukic juga memiliki potensi yang lebih dari cukup untuk mengganjal Meksiko. Kamerun lolos ke PD 2014 dengan diliputi penuh keberuntungan, jadi nampaknya tim berjuluk Indomitable Lions itu hanya akan jadi juru kunci grup.

Grup B
Peluang lolos : Spanyol (41%), Belanda (38%), Cili (14%), Australia (7%)
Banyak yang menyebut grup ini sebagai grup maut. Saya tidak setuju. Justru grup ini menjadi tidak menarik karena bersifat two horses race. Spanyol dan Belanda relatif tidak punya rintangan untuk menjadi wakil grup B di babak 16 besar. Tim matador dan tim oranye hanya akan berebut posisi juara grup saja. Cili yang memiliki karakter bermain kuat khas Amerika Latin dan materi pemain yang lebih baik dari Australia, akan menempati posisi tiga.

Grup C
Peluang lolos : Kolombia (26%), Pantai Gading (26%), Yunani (24%), Jepang (24%)
Nah, justru grup C inilah grup maut yang sesungguhnya. Kekuatan keempat tim betul-betul sangat merata, tidak ada satu tim yang lebih baik dari tim lainnya. Tadinya saya memprediksi Kolombia paling besar peluangnya jadi juara grup. Namun, seiring cederanya andalan utama sekaligus nyawa tim mereka, Radamel Falcao, peluang itupun menurun. Meski begitu, negaranya Andreas Escobar tetap saya prediksi bisa lolos meski mungkin butuh perjuangan ekstra. Setiap gelaran piala dunia sejak 1990, selalu ada satu tim (tidak kurang, tidak lebih) Afrika yang lolos ke 16 besar. Tahun ini, ‘jatah’ itu nampaknya akan jadi milik Pantai Gading, mengingat tim-tim Afrika lain berada satu grup dengan tim-tim besar dan sulit untuk lolos. Yunani punya potensi besar untuk mengejutkan, sebagaimana yang mereka lakukan di Euro 2004. Apalagi negeri dewa-dewi ini punya level permainan yang konsisten. Jepang mungkin terbentur oleh kutukan ‘piala dunia minim kejutan’ terhadap tim-tim Asia (sebagaimana saya jelaskan di bagian pendahuluan tadi). Namun, dengan level permainan yang terus meningkat, ditambah makin banyaknya pemain mereka yang jadi andalan klub-klub besar Eropa, maka menjadi juara grup sekalipun masih mungkin bagi tim Samurai Biru. Intinya, ini adalah the real hell, grup yang paling sulit diprediksi.

Grup D
Peluang lolos : Italia (34%), Uruguay (33%), Inggris (31%), Kostarika (2%)
Saya pikir semua pengamat sepakat mengenai status grup ini sebagai grup neraka. Ada tiga tim kuat dan memiliki sejarah panjang di piala dunia, yang memiliki peluang sama besarnya untuk lolos dari grup ini. Italia memang terpuruk pada PD 2010, namun setelah itu mereka kembali ke jalurnya dengan melaju ke final Euro 2012 dan lolos ke PD 2014 sebagai juara grup tanpa terkalahkan di babak kualifikasi. Biasanya tim besar yang terpuruk di PD sebelumnya akan bisa melangkah jauh di PD berikutnya. Uruguay, meski kondisi Suarez masih meragukan, namun tetap saja memiliki banyak modal lain untuk bicara banyak di PD kali ini. Antara lain adalah materi pemain yang bagus, pengalaman sebagai semifinalis di PD sebelumnya, dan tuah tanah Brasil terhadap mereka. Tuah yang dimaksud adalah motivasi mengulang kejayaan di PD 1950 di tempat yang sama, dan jarak yang dekat sehingga memudahkan suporter berbondong-bondong datang mendukung. Inggris dengan materi pemain muda menjanjikan dan memiliki liga terbaik di dunia tetap tidak bisa dipinggirkan dari persaingan. Kostarika boleh dibilang hanya akan menjadi pelengkap semata. Meski begitu, biasanya tim yang menjadi satu-satunya non-unggulan di sebuah grup maut akan mampu mencuri setidaknya satu poin dari salah satu tim. Saya prediksi ‘korban’ Kostarika tersebut adalah antara Italia atau Inggris.

Grup E
Peluang lolos : Prancis (43%), Honduras (21%), Swiss (21%), Ekuador (15%)
Prancis, yang performanya masih naik-turun, sangat beruntung hasil undian menempatkan mereka di grup ini. Di antara tiga tim lainnya, belum ada yang bisa menyaingi kemampuan tim Ayam Jantan. Honduras adalah tim yang terus mengalami perkembangan dewasa ini dan punya ‘hobi’ menjadi giant killer. Sedangkan Swiss adalah tim Eropa yang, sebagaimana Yunani, memiliki level permainan yang konsisten. Kedua tim ini saya prediksi akan bersaing ketat untuk menjadi runner-up grup. Ekuador sudah pernah mengejutkan di PD 2006, dan biasanya hal seperti itu sulit untuk diulang (alias keajaiban tak datang dua kali).

Grup F
Peluang lolos : Argentina (56%), Bosnia-Herzegovina (23%), Nigeria (16%), Iran (5%)
Argentina saya jadikan sebagai tim dengan nilai presentase peluang tertinggi untuk lolos dari grupnya, di antara semua tim peserta piala dunia. Ini dikarenakan, dengan segala kelebihan yang mereka miliki – mulai dari materi pemain bintang, penyerang-penyerang yang ganas, motivasi tinggi karena bermain di tanah ‘tetangga gaduh’, hingga rasa penasaran dari sang megabintang Lionel Messi terhadap trofi piala dunia – mereka dipertemukan dengan tim-tim lawan yang levelnya masih sangat sulit untuk bisa menyaingi Tim Tango. Bosnia-Herzegovina adalah jagoan saya di PD kali ini, dan memang banyak yang memprediksi Edin Dzeko cs. bisa menjadi tim kuda hitam. Nigeria untuk ketiga kalinya harus bertemu Argentina di ajang piala dunia. Modal sebagai juara Afrika sama sekali bukan jaminan bersih untuk bisa lolos dari grup ini, meski mereka tetap bisa menjegal langkah Bosnia. Iran, seperti di tiga PD yang pernah mereka ikuti, masih sulit untuk sekedar bisa menang sekalipun.

Grup G
Peluang lolos : Jerman (39%), Portugal (30%), Ghana (17%), A.S (14%)
Istilah yang paling tepat untuk menggambarkan grup ini adalah : gampang-gampang susah. Jerman memang sangat diunggulkan. Selalu melaju hingga babak semifinal 4 turnamen besar terakhir (PD ataupun Euro) sudah cukup menggambarkan betapa mengerikannya timnas satu ini. Portugal memang kelihatannya terlalu bergantung pada CR7. Namun, ‘anehnya’ cukup dengan mengandalkan sang megabintang saja, tim yang belum pernah jaura PD ini tetap mampu beberapa kali tampil hebat. Ghana memang berhasil lolos ke babak knock-out dalam dua piala dunia berturut-turut 2006-2010. Namun, dengan menghitung juga peluang tim-tim Afrika lain, maka seperti yang saya bilang tadi (lihat : pembahasan grup C) jatah satu tiket miliki wakil Benua Hitam kali ini akan menjadi milik Pantai Gading. Ini adalah untuk ketiga kalinya berturut-turut A.S berjumpa dengan Ghana di piala dunia, dan dalam 2 pertemuan sebelumnya mereka selalu kalah. Maka sepertinya tim negeri Paman Sam yang dilatih Juergen Klinsmann hanya akan mempersulit Jerman saja.

Grup H
Peluang lolos : Belgia (38%), Russia (36%), Korsel (20%), Aljazair (6%)
Belgia banyak diperhitungkan sebagai tim yang bisa melaju jauh bahkan menyaingi tim-tim besar. Modal ‘generasi emas’ jadi alasannya. Namun, menurut saya, bagi sebuah tim yang belum banyak pengalaman di turnamen besar, status unggulan tersebut bisa menjadi beban bagi Belgia sendiri. Sementara Russia yang ditangani oleh pelatih bermental juara, Fabio Capello, punya peluang besar untuk bisa mengambil keuntungan dari rasa grogi pesaingnya dari sesama Eropa tersebut. Korea Selatan belakangan mulai menurun penampilannya, ditambah dengan adanya kutukan terhadap tim Asia (lihat : bagian pendahuluan), sepertinya kali ini mereka tidak akan mengulang prestasi di PD 2010 dengan lolos ke 16 besar. Namun, untuk sekedar berada di atas Aljazair, itu masih sangat mungkin.

*keterangan : yang ditulis merah adalah tim yang menang

16 besar
Brasil vs Belanda (59-41)
Saat yang tepat untuk membalas dendam PD 2010, itulah yang akan timbul dalam pikiran para pemain tuan rumah. Belanda yang sedang dalam fase regenerasi, akan mengalami banyak kesulitan untuk membendung tim Samba yang telah memiliki segudang modal menghadapi kompetisi ini. Sneijder dan Robben akan mengakhiri karir mereka di piala dunia di babak ini.

Kolombia vs Uruguay (47-53)
Duel sesama Amerika Latin, menarik. Dengan pola permainan yang hampir sama dan sudah saling mengenal, pertarungan akan berlangsung ketat. Pemenang akan ditentukan oleh siapa yang memiliki materi pemain sedikit lebih baik, dan itu adalah Uruguay.

Prancis vs Bosnia-Herzegovina (48-52)
Dalam setiap gelaran ‘piala dunia minim kejutan’ sekalipun, biasanya tetap akan ada satu tim kejutan, dan umumnya mereka adalah tim dari Eropa Timur. Contohnya adalah Bulgaria di PD 1994, Kroasia di PD 1998, Turki di PD 2002, dan Ukraina di PD 2006. Ada dua tim yang sebenarnya memiliki peluang untuk menjadi kuda hitam di PD ini, yaitu Belgia dan Bosnia. Namun, tim Belgia (lihat : pembahasan grup H) akan memiliki beban dari harapan banyak orang terhadap mereka, dan itu bisa membuat ‘jatah’ tim kejutan melayang ke tangan Bosnia. Prancis memang tetap memiliki peluang besar untuk lolos, mengingat mereka sedang dalam fase kebangkitan dan ditangani oleh pelatih bertangan dingin Didier Deschamps. Namun pada akhirnya benturan yang keras ini tetap akan dimenangi oleh Dzeko cs.

Jerman vs Russia (65-35)
Lagi-lagi Capello mentok di babak 16 besar. Materi 100% pemain klub lokal yang dimilikinya bisa menjadi nilai plus, tapi bisa juga menjadi sebuah blunder. Menghadapi tim sekelas Mesut Ozil dkk., maka yang kedua yang benar.

Spanyol vs Meksiko (67-33)
Meksiko lolos secara sangat beruntung ke PD 2014 ini, hanya berkat ‘pertolongan’ gengsi A.S yang tidak ingin kalah dari Panama di partai terakhir babak kualifikasi zona Concacaf. Saya pribadi pun menganggap tim Sombrero tidak ada di piala dunia kali ini. Sangat kebetulan kalau sampai mereka betul-betul bertemu tim raksasa Spanyol di 16 besar, biar cepat tersingkirlah.

Italia vs Pantai Gading (72-28)
Dalam ‘piala dunia minim kejutan’, perjuangan tim Afrika biasanya hanya akan sampai di babak 16 besar. Itu juga yang akan dialami Yaya Toure cs. Italia, yang sebagaimana Prancis, berada dalam fase kebangkitan, akan sangat mampu untuk memanfaatkan tradisi tersebut.

Argentina vs Honduras (73-27)
Menghadapi Lionel Messi dkk.? Kejutan besar Honduras akan berhenti sampai di sini. #udahituaja

Belgia vs Portugal (46-54)
Belgia yang jadi sorotan, akan memiliki beban besar (lihat : pembahasan grup H). Meski begitu, Cristiano Ronaldo cs. tetap tidak akan mudah untuk mengalahkan mereka. Hasil akhir dimenangkan oleh mereka yang lebih berpengalaman.

Perempatfinal
Brasil vs Uruguay (61-39)
Maracana, 16 Juli 1950. Final piala dunia, jadi tuan rumah, didukung 200.000 penonton, dan ….. kalah. Seluruh rakyat Brazil tidak akan pernah lupa hari itu. Dan pertemuan ini (jika memang benar-benar terjadi), akan menjadi momentum untuk membalas dendam kesumat tersebut. Dan kali ini, sepertinya tuan rumah akan sukses.

Bosnia-Herzegovina vs Jerman (36-64)
Bosnia akan mengikuti jejak Ukraina 2006, kuda hitam yang kalah di perempatfinal dari kandidat juara.

Spanyol vs Italia (53-47)
Ulangan final Euro 2012 dan semifinal Piala Konfederasi 2013. Dalam dua kesempatan tersebut, Spanyol menang relatif mudah. Akan tetapi, perjuangan tim matador akan lebih sulit lantaran lawan sudah mulai hafal cara menangkal tiki-taka mereka. Meski begitu, Spanyol yang masih mengandalkan hampir semua alumnus PD 2010 masih terlalu tangguh bagi pasukan muda Gli Azzuri.

Argentina vs Portugal (56-44)
Finally, Messi vs Ronaldo in World Cup! Ini mungkin sudah menjadi ekspektasi banyak penggila bola, dan secara alur kompetisi harapan itu sangat mungkin terwujud di gelaran kali ini. Dan sebagaimana di La Liga dan perebutan Ballon D’Or, Messi yang akan memenangkan pertarungan ini.

Semifinal
Brasil vs Jerman (49-51)
Empat kali berturut-turut lolos hingga semifinal 4 turnamen beruntun (lihat : pembahasan grup G) rasanya sudah cukup bagi Jerman. Inilah saatnya melangkah lebih jauh. Apalagi para pemain yang empat tahun lalu masih tergolong muda, kini sudah berada pada usia emas. Sedangkan Brasil, sangat gatal ingin kembali merebut trofi yang terakhir direngkuh 12 tahun yang lalu. Brasil sudah menjuarai ajang ini sebanyak lima kali dan ironisnya, mereka justru gagal dalam kesempatan pertama menjadi tuan rumah pada PD 1950. Tentu mereka ingin menebus hal tersebut dalam kesempatan kedua ini. Jadi, boleh dibilang duel ini sebagai duel sesama tim dengan ambisi ‘Now or Never’. Tapi feeling saya mengatakan Jerman yang akan menang. Ya, hanya feeling. Karena kekuatan dan kondisi mental kedua tim sangat seimbang. Dukungan penonton tidak selalu ‘ngefek’ untuk piala dunia.

Spanyol vs Argentina (47-53)
Spanyol juara lagi? I don’t think so. Mereka masih mengandalkan muka-muka lama. Permainan tiki-taka, meski sudah banyak dimodifikasi oleh Del Bosque sendiri, namun tetap saja sudah mulai terbaca. Liga Champions sudah membuktikan itu melalui kegagalan Barcelona dan Bayern Muenchen-nya Pep. Jadi, langkah juara bertahan kemungkinan besar akan selesai di fase ini. Setelah 1986, baru kali ini tuan rumah kembali ke Amerika Latin. Jadi, inilah waktu yang tepat bagi tim Tango untuk unjuk gigi, setelah sekian lama ‘terbenam’.

Perebutan Juara 3
Brasil vs Spanyol (54-46)
Perebutan tempat ketiga sering menjadi duel ‘barisan sakit hati’. Gengsi akan lebih menentukan daripada faktor teknis. Gengsi dan motivasi lebih tinggi umumnya lebih dimiliki oleh tuan rumah dibandingkan juara bertahan.

Final
Jerman vs Argentina (51-49)
Di manapun, kompetisi apapun, partai grandfinal selalu sulit untuk diprediksi. Bahkan sekalipun misalnya duel yang terjadi adalah antara tim unggulan vs non-unggulan. Apalagi bila sesama tim unggulan dengan materi pemain dan kualitas permainan yang setara. Jerman vs Argentina ini mirip dengan Italia vs Prancis di final 2006. Pertarungan akan berlangsung sengit hingga menit terakhir. Kedengarannya normatif, tapi memang itulah yang akan terjadi. Para pemain kedua tim sama-sama berada di usia emas dan performa puncak. Liga Jerman sedang berkembang pesat, namun para pemain Argentina juga menjadi andalan di tim-tim papan atas liga Eropa. Yang agak berbeda adalah gaya permainan. Jerman lebih mengandalkan power dan umpan panjang dengan mengandalkan sayap, sementara Argentina lebih mengandalkan skill individu pemain dan permainan pressing. Satu hal yang juga bisa menjadi pembeda adalah faktor pelatih. Joachim Loew di kubu tim panser memiliki pengalaman dan kapabilitas lebih baik dari Alejandro Sabella di kubu Argentina. Namun, pelatih berprinsip keras seperti Sabella kadang dapat mengejutkan. Dari berbagai hitung-hitungan, maka saya menilai Jerman lebih siap untuk menjadi juara kali ini, sekaligus menjadi tim Eropa pertama yang menjadi juara piala dunia yang digelar di benua Amerika. Argentina sepertinya butuh regenerasi.


Yang jelas, semua ini hanya prediksi, sangat mungkin salah. Bahkan, sebagai seorang penyuka kejutan, saya justru berharap prediksi saya kali ini banyak yang salah J

Jumat, 01 Juni 2012

Prediksi Euro 2012


Sebelum saya bercerita ngalor ngidul, yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa yang namanya ‘prediksi’ bagi saya itu beda dengan ‘menjagokan’. Kalau soal menjagokan, saya dari dulu terbiasa menjagokan tim-tim yang tidak banyak diunggulkan orang alias tim-tim gurem. Bagi saya, menjagokan tim-tim kecil itu enak : kalau kalah, ya wajar ; kalau menang, itu kepuasannya luar biasa. Tapi kalau prediksi, sifatnya cenderung lebih objektif dan realistis, dan tidak ada unsur emosional di dalamnya.

Sebelum menuju ke prediksi detail, setidaknya ada dua hal utama yang saya prediksikan bakal terjadi di Euro 2012 kali ini :
1. Spanyol gak bakal juara! Saya yakin 99% untuk itu, dan –kalau gak inget dosa- juga berani bertaruh. Karena, belum pernah ada ceritanya tim yang sehabis juara Dunia dan Eropa berturut, setelah itu juara lagi di piala Dunia atau piala Eropa edisi berikutnya.
2. Fenomena yang terjadi di liga-liga Eropa musim ini, yang tampil sebagai juara adalah mereka yang sudah lama sekali atau belum pernah juara, dan juga tim-tim yang melakukan revans.
Berdasarkan itu, maka ada empat tim yang paling berpeluang juara : Inggris, Portugal, Belanda, Jerman.
Peluang Inggris dan Portugal menjadi lebih besar, mengingat adanya fakta lain yang mendukung berupa siklus juara awal dasawarsa yang selalu memunculkan juara baru : 1964 (Spanyol), 1972 (Jerman Barat), 1984 (Prancis), 1992 (Denmark), 2004 (Yunani).



Oke, sekarang saatnya prediksi secara runtut.
NB : jika anda bakal sering menemui kata ‘biasanya’, ya begitulah cara saya memprediksi J

Grup A
Tim lolos : Polandia dan Rep.Ceska
Faktor tuan rumah akan membantu Polandia lolos dari grup, karena biasanya begitulah tuan rumah yang sebelumnya baru pernah sekali tampil di ajang yang bersangkutan. Contohnya adalah Jepang di PD 2002. Rep.Ceska adalah tim yang paling ‘nggak kelihatan’ (note : ‘gak kelihatan’ berbeda dengan ‘gak diunggulkan’) di grup ini, dan faktor itulah yang akan meloloskan mereka mendampingi Polandia. Rusia adalah tim kuat, tapi bentrok dengan sesama tim kuat Rep.Ceska di partai perdana dan kemudian bertemu tuan rumah Polandia serta Yunani di partai terakhir, bukanlah jadwal yang menguntungkan bagi mereka. Maaf untuk Yunani, keberuntungan tidak datang dua kali, ini bukan 2004.

Grup B
Tim lolos : Portugal dan Belanda
Ingat grup maut grup F di Piala Dunia 2002 ? Hal serupa akan terjadi di grup B ini. Portugal adalah tim yang diunggulkan ketiga di grup ini di bawah Jerman dan Belanda, tapi justru faktor itulah yang akan membuat Ronaldo cs. tampil mengejutkan sebagai juara grup. Hanya salah satu di antara Jerman dan Belanda yang akhirnya akan lolos, dan menurut saya itu adalah Belanda. Kenapa? 1. Jerman adalah tim kedua (setelah Spanyol) yang paling diunggulkan menjadi juara di turnamen ini, dan mereka juga paling diunggulkan di grup maut ini. Biasanya, tim yang memiliki salah satu (catet : salah satu) saja dari dua status itu akan gagal melaju dari fase grup, sedangkan tim Panser memiliki keduanya! Jadi, ya tamatlah sudah; 2. Pada faktanya, Jerman memang seringkali gagal bila dimasukkan ke dalam grup maut seperti ini (contohnya di Euro 2000 dan 2004). Sebaliknya, Belanda seringkali sukses melewati tantangan semacam itu (contohnya di PD 2006 dan Euro 2008); Denmark hanya akan menjadi bulan-bulanan, sebagaimana biasanya nasib tim paling lemah di sebuah grup maut.

Grup C
Tim lolos : Spanyol dan Italia
Untuk sementara, Spanyol masih terlalu tangguh bagi lawan-lawannya di grup C, dan gak perlu dibahas lagi kenapa. Italia yang tampil dengan wajah baru bakal mampu menahan imbang tim matador, tapi tidak cukup untuk menjadi juara grup. Kroasia rasanya sulit untuk mengulang sukses mereka di Euro 2008, karena masih banyak mengandalkan muka-muka lama yang sudah ‘habis’. Sementara Irlandia dengan Trappatoninya saya prediksi bakal berada di peringkat tiga, di antaranya dengan menyulitkan negara asal sang pelatih di pertandingan terakhir.

Grup D
Tim lolos : Inggris dan Prancis
Inggris tidak diunggulkan di Euro kali ini, tapi justru itulah yang akan membuat mereka tampil mengejutkan, diawali dengan menjadi juara grup D. Sementara Prancis dengan pelatih mudanya, Laurent Blanc, bakal meneruskan trend positif tim-tim berbekal pelatih belia dalam beberapa tahun terakhir. Tuan rumah Ukraina tidak seberuntung Polandia karena berada di grup yang relatif lebih berat. Swedia terlalu mengandalkan Ibrahimovic, jadi ucapkan selamat tinggal buat mereka.

Perempatfinal
Polandia vs Belanda
Yang namanya tuan rumah, kalau sudah ‘terlanjur’ lolos dari fase grup, umumnya bakal melangkah minimal satu fase lagi. Tim oranye pun harus melupakan impiannya untuk membalas dendam atas kegagalan di final PD 2010.

Portugal vs Rep.Ceska
Bukan timing-nya bagi Ceska untuk bikin kejutan, dan kedigdayaan Portugal pun masih berlanjut.

Spanyol vs Prancis
Oke, para pecinta sepakbola, siap-siap melihat kejutan besar terjadi di sini. Setelah Di Matteo, kini giliran Blanc yang bakal bikin permainan tiki-taka mati kutu. 2012 adalah anti-klimaks dari era kejayaan Barcelona dan Spanyol.

Inggris vs Italia
Duel klasik yang selalu menjanjikan pertandingan seru, sebagaimana pertemuan antar klub dari kedua negara di liga Champions. Kali ini keberuntungan bakal memihak Inggris, namun skuad muda Italia tetap akan dikenang dengan penampilan gagahnya yang akan lebih berbahaya di ajang selanjutnya.

Semifinal
Polandia vs Prancis
Faktor pengalaman, kualitas skill individu, dan - terutama sekali – kesiapan maju ke final, akan membuat langkah tuan rumah Polandia terhenti di sini. No more surprise.

Portugal vs Inggris
Lagi-lagi duel dua musuh bebuyutan. Dendam kekalahan adu pinalti di Euro 2004 dan PD 2006 akhirnya terbayar di stadion National Warsawa. Jarang sekali ada tim yang lolos dari grup maut akhirnya tampil sebagai juara turnamen. Pun begitu dengan nasib Seleccao kali ini.

Final
Prancis vs Inggris
Juara : Inggris

Kaget? Gak sesuai prediksi banyak orang? Ya, seperti yang saya katakan di awal, inilah yang bakal terjadi di Euro kali ini. Yang menjadi juara adalah mereka yang dalam sejarahnya belum pernah menggondol piala Henry Delaunay ini. Inggris yang tiap Piala Dunia ataupun Piala Eropa selalu dijagokan menjadi juara namun gagal, akhirnya mengakhiri penantian panjangnya justru di saat tidak lagi diunggulkan. Bukan sekali dua kali, tapi fenomena seperti ini sudah sering terjadi di sebuah kompetisi mayor Internasional sepakbola.  

Selasa, 10 Januari 2012

Level Boyband-Girlband Korea dalam Analogi Sepakbola Eropa


Seperit pernah saya sebutkan sebelumnya, saya adalah penggemar boyband-girlband (dari negara manapun itu), dan saya juga sekaligus penggila bola. Nah, dalam kesempatan kali ini, saya ingin memandang fenomena boyband-girlband korea, tetapi menggunakan analogi sepakbola. Nah lho, gimana tuh? Jadi gini, saya ingin mencoba melihat kasta atau level boyband-girlband korea (tentunya menurut ukuran saya), dan mengandaikannya seperti level klub-klub sepakbola Eropa.
Berikut ini, tingkatannya :

SNSD
Super Junior
2NE1
Big Bang
Wonder Girls

2PM
Miss A
2AM
Kara
4 Minute
Sistar
T-ara
Secret
After School
Shinee
F(x)

TVXQ
Davichi
Brown Eyed Girls
SS501
SG Wannabe
Shinhwa

MBLAQ
Jewelry
A Pink
Beast
Rainbow
ZE:A
Infinite
Brave Girls
Nine Muses
Girl’s Day
Chocolat
5Dolls
Supernova
U-KISS
RaNia

GP Basic
Venus
F.Cuz
X-5
LPG
B1A4
The Boss
Girl Friends
Orange Caramel
F.T Island
Block B
Dalmatian
K152
HITT
N-Train


Warna Merah : Tim Super
Tim-tim yang dianggap terbaik di dunia saat ini.
Contoh : Barcelona, Real Madrid, Manchester United.
Dalam kasus ini, Barcelona-nya adalah grup-grup dari S.M Entertainment (SNSD dan Super Junior), sedangkan Real Madrid-nya adalah grup-grup dari YG Entertainment (2NE1 dan Big Bang). Jadilah El Clasico versi K-Pop adalah S.M vs YG, 2 manajemen raksasa yang secara karakter performance memang berbeda, mirip Barca vs Madrid.

Warna Hijau : Tim Papan Atas
Tim-tim langganan Liga Champions.
Contoh : Chelsea, Arsenal, Inter Milan, AC Milan, Bayern Munchen, Lyon, dsb.
Saya ibaratkan grup-grup dari JYP Entertainment (Miss A, 2PM, 2AM) seperti tim-tim dari kota Milan (Inter dan AC Milan), tim-tim yang berprestasi bagus di dalam negeri maupun tingkat Internasional, namun sering dianggap orang tidak sehebat Barca dan Madrid. Kara mirip seperti Arsenal, susah untuk juara di dalam negeri, namun justru eksis di luar negeri (Arsenal di Eropa, Kara di Jepang).

Warna Biru : Tim Klasik
Tim-tim yang secara tradisi dan kualitas sebenarnya bagus, namun belakangan terasa kurang dominan dibanding yang lain.
Contoh : Liverpool, Juventus, Ajax, Borrusia Dortmund.

Warna Oranye : Tim Medioker
Tim-tim papan tengah dan terkadang masuk Liga Champions atau Liga Europa.
Contoh : Tottenham H, Valencia, Sevilla, Napoli, Everton, Udinese, Atletico Madrid, dsb.

Warna Ungu : Tim Gurem
Tim-tim papan bawah, langganan degradasi.
Contoh : Wolverhampton, Sunderland, Lecce, Chievo, Real Sociedad, Real Zaragoza, dsb.

Selasa, 08 November 2011

5 Pelatih Muslim Sepakbola Eropa


Soal siapa-siapa saja pemain sepakbola Eropa yang beragama Islam, sudah banyak sekali yang membahas. Kita jadi sering lupa, barangkali ada juga pelatih atau manager tim sepakbola asal Eropa yang beragama Islam, dan memiliki reputasi yang tidak kalah mentereng dibanding para pemain tadi. Ini dia di antaranya :

1. Kurban Berdyev (Russia / Turkmenistan)

Sempat membuat heboh ketika berhasil membawa timnya, Rubin Kazan (klub Russia yang tidak terkenal), menang 2-1 atas Barcelona (yang disebut-sebut sebagai tim terbaik di dunia saat ini) di Camp Nou pada fase grup Liga Champions Eropa 2009/2010 yang lalu. Pelatih kelahiran Asghabat, 25 Agustus 1952 ini melatih Rubin Kazan sejak 2001 ketika tim itu masih di divisi 1. Berdyev kemudian membawa Rubin promosi ke Divisi Utama musim berikutnya dan memberi gelar liga pertama dalam sejarah klub tersebut pada 2008. Berdyev yang saat ini juga menjabat sebagai wakil presiden di klub tersebut, memiliki kebiasaan selalu membawa tasbih tiap kali melatih dan nampak berdzikir di pinggir lapangan. “Ini bukan semacam tradisi atau ritual, ini adalah kebutuhan. Saya pernah lupa tidak membawa tasbih, dan sepanjang pertandingan saya begitu gelisah, seperti kehilangan sesuatu. Jadi, ini adalah sebuah kebutuhan bagi saya, dan Muslim pasti akan mengerti itu,” ujar Berdyev suatu ketika.

2. Fatih Terim (Turki)


Satu-satunya pelatih beragama Islam yang pernah menangani klub serie A Italia. Terim melatih Fiorentina pada musim 2000/2001 dan AC Milan pada musim berikutnya. Meski berhasil membawa Fiorentina melaju ke final Coppa Italia, namun karirnya di tanah spaghetti hanya bertahan selama 1,5 musim, sebelum kembali ke Galatasaray. Galatasaray sendiri sebelumnya pernah dia bawa menjadi klub Turki pertama dan satu-satunya yang pernah menjuarai kejuaraan antar klub Eropa, tepatnya ketika mengalahkan Arsenal melalui adu penalti di final Piala UEFA 1999/2000. Pelatih yang sempat diisukan akan melatih timnas Indonesia ini juga sukses dua kali membawa Turki ke putaran final Piala Eropa 1996 dan 2008. Pada Euro 2008 itu, Turki dibuatnya menjadi tim bermental juara yang berkali-kali melakukan comeback (membalikkan keadaan setelah sempat tertinggal), dalam perjalanan menuju semifinal. 

3. Philippe Troussier (Prancis)


Mantan pelatih timnas Qatar di Piala Asia 2004 ketika dikalahkan Indonesia 1-2 ini masuk Islam pada tahun 2006, di saat dia melatih timnas Maroko. Philippe bersyahadat bersama dengan istrinya, Dominique, dan kemudian pasangan ini mengadopsi dua anak dari Maroko, Selma dan Mariam. Troussier sendiri memberi nama ‘Omar’ di tengah namanya. Pria kelahiran Paris yang kini melatih Shenzen Ruby di League One China ini pernah membawa Afrika Selatan lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 1998. Dia dijuluki ‘White Whitch Doctor’ karena kesuksesannya ketika menangani sejumlah klub dan timnas di Afrika. Selain itu juga sempat membawa timnas Jepang menjuarai Piala Asia 2000. 

4. Bruno Metsu (Prancis)


Pelatih yang sukses membawa Senegal membuat kejutan dengan melaju ke perempat final Piala Dunia 2002 ini masuk Islam pada 24 Maret 2002, dan mengganti namanya menjadi Abdul Karim. Metsu tak pernah mempublikasikan alasannya masuk Islam, karena baginya itu adalah privasi. Mengawali karir di sejumlah klub di Liga Prancis, pelatih kelahiran tahun 1954 ini kemudian malang melintang di berbagai liga di Timur Tengah hingga sekarang. Prestasinya antara lain adalah membawa klub UEA, Al Ain, menjuarai Liga Champions Asia 2002/2003. 

5. Senol Gunes (Turki)

Namanya mulai dikenal ketika membawa timnas Turki menjadi juara 3 Piala Dunia 2002. Belum lama dia juga membawa klubnya, Trabzonspor, mempermalukan raksasa Italia, Inter Milan 2-1 di San Siro pada matchday 1 Liga Champions Eropa 2011/2012. Selain melatih di Turki, Gunes juga pernah menangani FC Seoul di liga Korea, dan sempat bersua Sriwijaya FC pada liga Champions Asia tahun 2009. Saat menjadi pemain, Gunes dikenal sebagai kiper andalan timnas Turki dan sempat meraih 6 kali juara Super Lig Turki. Sementara sebagai pelatih, dia pernah menjuarai Piala Turki dua kali bersama Trabzonspor pada 1995 dan 2010. 

Selasa, 25 Oktober 2011

6 Pesepakbola yang Meninggal dalam Pertandingan


“Aku nggak jadi pembalap. Aku pingin jadi pemain bola aja deh,” begitu ujar adik saya yang masih berusia 8 tahun setelah melihat kematian Marco Simoncelli di arena MotoGP Sepang Malaysia 23 Oktober lalu. Mengingat itu adalah pemikiran polos anak kecil, saya mengiyakan saja sambil tersenyum.
Hmm…seandainya dia tahu fakta-fakta di bawah ini, bisa jadi bocah itu berubah pikiran lagi.

1. Marc Vivien Foe (1975-2003)



Foe adalah mantan pemain tengah timnas Kamerun yang pernah membela Lyon dan Manchester City. Foe meninggal ketika mengikuti Piala Konfederasi tahun 2003 di Prancis bersama tim nasionalnya. Waktu itu, 26 Juni 2003, Kamerun menghadapi Kolombia di babak semifinal. Pada menit ke-72, Foe tiba-tiba pingsan di tengah lingkaran pusat lapangan, tanpa ada pemain lain di sekitarnya. Setelah gagal disadarkan, dia digotong keluar lapangan, Paramedis mencoba memberinya CPR dan oksigen, juga memompa hatinya, namun tak kunjung berhasil. Tak lama kemudian, Foe pun meninggal. Hasil otopsi kedua menunjukkan, kematian Foe disebabkan oleh serangan jantung setelah ditemukan bukti dia menderita kardiomiopati hipertrofik atau semacam penyakit keturunan yang dapat menyebabkan kematian mendadak setelah mengikuti latihan fisik yang terlalu keras. 

2. Antonio Puerta (1984-2007)



Puerta dikenal sebagai pemain sepakbola berkebangsaan Spanyol yang sepanjang hidupnya hanya pernah membela klub Sevilla. Posisinya adalah sebagai sayap kiri. Dalam pertandingan liga Spanyol menghadapi Getafe pada tanggal 25 Agustus 2007, Puerta mendadak tak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit. Setelah tiga hari, akhirnya Puerta meninggal di rumah sakit pada tanggal 28 Agustus nya. Belakangan diketahui bahwa dia mengalami serangkaian serangan jantung. 

3. Miklos Feher (1979-2004)



Feher adalah penyerang asal Hungaria yang lama bermain di liga Portugal bersama FC Porto dan Benfica. Pada 25 Januari 2004, Benfica bertandang ke Victoria Guimaraes dalam lanjutan liga Portugal. Feher yang masuk sebagai pemain pengganti, berhasil memberikan assist kepada Fernando Aguiar yang membuat Benfica memimpin 1-0. Akan tetapi, pada masa injury time, dia menerima kartu kuning dan kemudian dirinya tiba-tiba membungkuk kesakitan, dan akhirnya jatuh ke tanah tak sadarkan diri. Feher segera dilarikan ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal sebelum tengah malam akibat aritmia jantung. 

4. Phil O’Donnell (1972-2007)



O’Donnell merupakan pemain murni Skotlandia, dan sepanjang karirnya juga hanya sempat bermain di liga Skotlandia dengan membela sejumlah klub lokal. Pada 29 Desember 2007 dalam pertandingan liga menghadapi Dundee United, O’Donnell yang kala itu memperkuat Motherwell mengalami kolaps di lapangan. Setelah mendapat perawatan di pinggir lapangan selama 5 menit, dan akhirnya meninggal segera setelah dibawa ke rumah sakit. Setelah diteliti, ternyata O’Donnell mengalami ‘kegagalan ventricular kiri’. 

5. Eri Irianto (1974-2000)


Dari dalam negeri, salah satu kasus kematian pesepakbola di lapangan yang paling dikenang adalah apa yang menimpa mantan pemain Persebaya Surabaya, Eri Irianto pada tahun 2000. Saat itu, 3 April 2000, Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta di stadion Gelora 10 November Surabaya. Eri kala itu tiba-tiba saja mengalami serangan jantung mendadak, dan segera dilarikan ke RSUD dr.Soetomo. Beberapa jam kemudian, pemain tengah itu pun menghembuskan nafas terakhir. Untuk mengenangnya, Persebaya dan bonek mengabadikan namanya dalam nama mess pemain Persebaya yang kemudian diberi nama ‘Wisma Eri Irianto’. Selain itu, nomor punggung 19 miliknya pun dipensiunkan. 

6. Jumadi Abdi (1983-2009)



Selain Eri Irianto, pemain sepakbola Indonesia lain yang meninggal ketika bermain adalah mantan pemain tengah PKT Bontang, Jumadi Abdi. Dalam lanjutan liga Indonesia pada tanggal 7 Maret 2009 menghadapi Persela Lamongan, Jumadi secara tak sengaja berbenturan keras dengan seorang pemain lawan. Setelah mendapat perawatan intensif selama 8 hari di rumah sakit, Jumadi akhirnya meninggal pada tanggal 15 Maret 2009. Diketahui, kematian mantan pemain Persiba Balikpapan dan Persikota Tangerang ini dikarenakan mengalami kerusakan di beberapa organ vitalnya akibat infeksi berat yang disebabkan oleh kuman yang keluar dari usus halusnya yang bocor akibat benturan tadi.