Halaman

Senin, 02 Mei 2011

The Divers


Pembaca sudah membaca nama blog ini bukan ? Oke, kalau begitu, sesuai judulnya, saya akan mendongeng. ‘Dongeng’ ini mungkin akan terkesan terlalu khayal, obsesif, mengada-ada, atau mungkin bisa dianggap gila. Tapi biarlah orang mau ngomong apa. Yang jelas, dalam dongeng ini sebenarnya terselip ide-ide segar bagi siapa yang bisa sedikit saja jeli membacanya. Barangkali begitu, sekiranya izinkan saya mulai mendongeng.

Mulai maraknya kembali era boyband-girlband di Asia, termasuk Indonesia saat ini mengingatkan saya kembali akan khayalan lama saya. Dulu saya pernah terpikir untuk membentuk sebuah girlband, yang berisikan teman-teman saya dari SD sampai dengan kuliah ataupun yang di luar itu, yang memiliki suara paling bagus (setidaknya menurut saya) dan berpenampilan menarik (paling nggak lumayan lah untuk potongan anggota girlband). Kini, ide-ide itu coba saya bangkitkan kembali, dan kali akan saya tuangkan dalam blog pribadi saya ini. Siapa tahu orang-orang yang saya sebut di sini membaca, terus kaget, terus mencari dan memaki-maki saya (hehehe. peace, friend.. ^^v). Atau mungkin ada produser musik yang tertarik kepada mereka, kemudian mewujudkan ide saya ini. Siapa tahu, daripada cuma jadi khayalan melulu. Oh ya, nama girlbandnya adalah The Divers. 

Tahun-tahun Pertama (2002-2005)
Pada awal tahun 2002, bos Senyum Entertainment, Johan Satria Putra, terpikir untuk membentuk sebuah group vokal wanita atau girlband, untuk melengkapi berbagai talenta yang telah mereka bentuk sebelumnya, seperti group musik instrumental Buto Ijo dan group band Orphan. Johan bersama CEO Fajar Nugroho kemudian mencoba menelusuri bakat-bakat yang ada di almamater-almamater Johan dari SD hingga SMA. Dengan mengumpulkan berbagai info yang ada, ditambah dengan seleksi dan audisi, maka diperoleh empat orang anggota pertama dari girlband Senyum ini. Dari alumni SD Percobaan 2 diambil lah Herdiani Agusti (Atiek), dari alumni SMPN 6 dipilih F.Putri Bertha (Putri), dan dari SMAN 6 yang direkrut adalah Rimbar Prista Santi (Rimbar). Satu lagi adalah  Astuti (Tutik), yang pernah menjadi asisten rumah tangga di rumah Johan. Saat itu, ketiga gadis yang disebut pertama tadi tengah duduk di bangku kelas 2 SMA, sementara Tutik baru saja pulang dari bekerja di HongKong. 

Nama ‘the Divers’ sendiri awalnya dicetuskan oleh gitaris Orphan Band, yaitu Ria. Nama ini lantas diapresiasi oleh manajemen dan disetujui oleh keempat anggota the Divers. Kata ‘Divers’ berasal dari kata ‘Diva’. Harapannya, kelak mereka akan lebih mirip seperti gabungan empat orang diva daripada sebuah group vokal biasa. Setelah melalui berbagai pre-training selama kurang lebih 1 tahun, pada bulan Februari 2003 album pertama mereka yang berjudul ‘Kepompong’ dirilis.

Pada awalnya, single pertama mereka yang berjudul ‘Cinta Sudah Lewat’ tidak terlalu sukses dan belum mampu menembus pasaran. Barulah pada single kedua mereka yang berjudul sama dengan albumnya, ‘Kepompong’, berhasil booming di pasaran dan cukup digemari oleh anak-anak muda pada masa itu. Bahkan lagu tersebut sukses nangkring di posisi 1 tangga lagu Indonesia selama kurang lebih 4 minggu, dan selama 10 minggu tidak pernah keluar dari posisi 10 besar. Begitu pula dengan single berikutnya, ‘Aku Bukan Boneka’. Hal ini menjadikan the Divers memperoleh penghargaan sebagai penyanyi pendatang baru terbaik pada AMI (anugerah musik Indonesia) dan di beberapa ajang penghargaan lain tahun 2003. 


Sukses album pertama ini nampaknya kurang membuat manajemen puas. Ada yang dirasa masih kurang dari group ini. Pada awalnya, salah satu niat dari Senyum untuk membentuk girlband ini adalah membuat sebuah group vokal yang unik, khas, dan berbeda. Salah satu kekhasan yang diharapkan adalah terdapat variasi warna suara dan genre musik dari para anggotanya. Sebelumnya sudah ada Rimbar yang powerful, Putri yang nge-rock abis, Tutik yang bersuara halus dengan cengkok melayunya, serta Atiek yang piawai memainkan organ/keyboard. Akhirnya Senyum merekrut seorang personil lagi, yaitu Andy Fadillah (Fara), yang memiliki suara Jazz yang lembut dan bisa berimprovisasi (berfalsetto) dengan sangat baik.
Kehadiran Fara diikuti peluncuran album kedua, yaitu ‘Album Rindu’. Dinamai demikian karena album ini baru lahir pada 2005 atau dua tahun setelah album pertama, dikarenakan pada tahun 2004 para personil the Divers sibuk mengikuti UAN dan mencari Universitas. 

Single pertama pada album ini, ‘Kasmaran’, langsung berhasil menempati papan atas tangga lagu Indonesia dan kemudian meraih penghargaan sebagai lagu terbaik di akhir tahun. Pun dengan penjualan albumnya yang mencapai angka 500 ribu keping. Itu merupakan rekor penjualan album Indonesia terlaris terakhir sebelum masuknya era network media yang penuh dengan pembajakan. Dua single berikutnya, ‘Lantai Dansa’- yang memiliki konsep video klip yang unik (dugem menggunakan lampu senter dan lilin di saat mati lampu)  dan meraih penghargaan sebagai video terbaik- serta ‘Lagu Rindu’, juga berhasil nongkrong di posisi teratas berbagai tangga lagu tanah air selama beberapa minggu. The Divers juga mulai laris sebagai bintang iklan dan diundang dalam berbagai acara televisi, ditambah jadwal konser yang makin padat. Pada awal 2006, album kedua ini berhasil meraih platinum. Salah satu faktor kesuksesan itu salah satunya bisa jadi karena the Divers muncul di saat tidak begitu banyak girlband yang eksis pada masa itu, sehingga kehadiran mereka memberikan warna tersendiri di belantika musik Indonesia. 


Kejayaan (2006-2009)
Pada akhir tahun 2005, Senyum merekrut satu orang lagi, yaitu Maria Kumalararas (Raras). Raras sebelumnya adalah backing vokal di group Buto Ijo dan juga salah satu anggota paduan suara Senyum Orchestra. Kehadiran Raras yang memiliki musikalitas yang tinggi, memberikan pengaruh positif bagi peningkatan performa the Divers. Pada awal 2006, album ketiga mereka, ‘Kepadamu Kasih’ dirilis. Sukses kembali diraih. Single mereka yang berjudul ‘All is Well’ berhasil menempati posisi 1 tangga lagu Indonesia selama 15 minggu berturut-turut dan sekaligus mencetak sebuah rekor baru di Indonesia ! Padahal single itu hanyalah sebuah single lepas yang awalnya ditujukan untuk menghibur para korban bencana alam gempa bumi Jogja Mei 2006. Seluruh keuntungan yang diraih dari single itu pun lalu disumbangkan sepenuhnya kepada para korban. Sementara itu single yang dirilis kemudian dari album ketiga tadi, yang berjudul ‘Gombal’ berhasil mendekati sukses ‘All is Well’ dan bahkan membawa the Divers mulai menembus pasar Malaysia dan Singapura. 

Album keempat the Divers yang dirilis pada pertengahan 2007, ‘Hanya Cinta’, boleh disebut sebagai album tersukses mereka. Single mereka yang berjudul ‘Hanya Cinta yang Bisa’ membawa the Divers meraih berbagai penghargaan di berbagai ajang, termasuk di antaranya sebagai group musik terbaik di sctv music award, AMI, hingga MTV Asian music award. Sementara lagu ‘Mari Bercinta’ berhasil mencetak rekor tersendiri dalam penjualan RBT (ringback tone) di Indonesia. Pada tahun ini juga, the Divers mulai merambah dunia Internasional, di antaranya Malaysia, Singapura, bahkan hingga negara-negara Asia Timur seperti China, Korea, dan Jepang. Lagu-lagu mereka seperti ‘Hanya Cinta yang Bisa’, ‘Cuma Kamu’, dan ‘Mari Bercinta’ menempati posisi 1 di tangga lagu Malaysia dan Singapura selama beberapa pekan. Sementara di Hong Kong, Taiwan, dan Jepang, the Divers juga meraup beberapa penghargaan. 


Pertengahan tahun 2008, the Divers mulai mencoba untuk menembus pasar Eropa dan Amerika. Antara lain dengan merilis album dan single berbahasa Inggris pertama. Single mereka yang berjudul ‘I Miss You’ dari album internasional ‘the Divers’, ternyata belum mampu mendapat tanggapan positif dari industri musik negeri Paman Sam. Meski demikian, lagu tersebut berhasil diputar di sejumlah negara Eropa seperti Inggris dan Belanda. Single kedua dari album ini, ‘Naughty’menggunakan konsep musik gabungan dari rap, rock, serta dangdut. Video klipnya pun dibuat bernuansa sangat Indonesia, seperti penggunaan kebaya batik, mandau, topeng leak, wayang, serta berbagai asesoris dan properti etnik lain. Ternyata lagu ini berhasil meraih sukses besar dengan menembus pasar Amerika, serta meraih berbagai penghargaan di Eropa dan Asia. Tidak hanya itu, gara-gara lagu ini, musik dangdut dan budaya Indonesia makin populer di mancanegara dan mampu membuat dunia luar makin penasaran dengan Indonesia. Dampak tidak langsungnya, jumlah wisatawan asing ke Indonesia meningkat pesat. Begitu pula dengan peminat budaya Indonesia di sejumlah universitas di Australia, Jepang, dan Belanda. Penyanyi dan group-group Indonesia lainnya pun ikut kena getahnya, karena makin digemari di luar negeri. Buntutnya, the Divers memperoleh penghargaan dan lencana kehormatan dari Negara, khususnya kementerian Pariwisata dan Budaya. 

Seiring kesuksesan yang diraih, undangan konser untuk the Divers di berbagai negara makin melimpah. The Divers kemudian meraih rekor sebagai group musik Indonesia yang paling banyak melakukan konser di luar negeri. Mulai dari Asia Tenggara, Asia Timur, India, Eropa, Amerika Latin, hingga Amerika Serikat. Bahkan di Timur Tengah, the Divers berhasil menjadi girlband tersukses sepanjang sejarah dengan rekor penjualan albumnya di sana yang mengalahkan Spice Girl! The Divers mungkin bisa disebut sebagai satu-satunya girlband di dunia ini yang mampu menyanyikan berbagai jenis lagu dengan cengkok yang tepat. Hal ini bisa dilihat (dan didengar) dari genre musik bawaan dari masing-masing personilnya yang berbeda-beda. Ada yang pop, rock, jazz, klasik, hip hop, dan ada juga yang lihai bernyanyi dangdut. Satu lagi, mereka juga bisa berbahasa asing (khususnya Inggris) lebih baik daripada girlband-boyband dari Asia Timur. Nampaknya taktik pemasaran berbasis kultur ini sudah dirancang oleh manajemen Senyum sejak lama.


Pada tahun 2009, the Divers sempat merilis mini album bertajuk ‘Nusantara’, dengan single andalan berjudul sama. Band Buto Ijo juga terlibat sebagai pengiring musik etnik. Album ini diluncurkan dalam rangka promosi ‘Visit Indonesia 2009’ di mana pemerintah RI bekerjasama dengan Senyum Entertainment. The Divers dengan kepopulerannya di manca negara dianggap paling tepat menjadi duta wisata bagi Indonesia. Sebelumnya pada tahun 2007 the Divers juga pernah ditunjuk menjadi salah satu pengisi album resmi Piala Asia 2007 yang diselenggarakan di Asia Tenggara. 
Pada tahun 2009 itu juga, tepatnya pada bulan Oktober the Divers merilis album Internasional kedua mereka, ‘Hard to Say Sorry’. Single pertama album tersebut, ‘Sorry’, music video-nya berhasil meraih penghargaan di AMA (American Music Award) sebagai video klip terbaik lantaran konsepnya yang unik (menampilkan hantu-hantu ala Indonesia). MV resminya di situs youtube sendiri ditonton oleh tidak kurang dari 200 juta viewers. Patut diketahui, rata-rata penonton MV the Divers di youtube adalah berkisar 80 jutaan viewers per MV-nya. Puncaknya, single berikutnya yang berjudul ‘Lady Mermaid’ berhasil membawa the Divers meraih Grammy Award sebagai group vokal terbaik pada tahun 2010, dan menjadikan the Divers sebagai penyanyi Indonesia pertama yang mampu meraih penghargaan musik paling bergengsi di dunia tersebut. Dengan kata lain, pada hari itu mereka resmi menjadi legenda. 


Mempertahankan Kesuksesan (2010-sekarang)
Sukses the Divers merambat ke berbagai bidang di luar musik. Group ini mendapat kontrak komersial eksklusif dari sejumlah perusahaan Internasional untuk mempromosikan produk mereka. Masing-masing personil the Divers juga mendapatkan job lain di luar manggung seperti menjadi bintang iklan, bermain film, menjadi host, juri ajang adu bakat, hingga mengeluarkan album solonya masing-masing. Hal ini lantas sering menimbulkan isu bubarnya group vokal ini. Isu ini terus-menerus ditepis oleh manajemen dan juga para anggota the Divers sendiri. Mereka menekankan bahwa apa pun yang terjadi, the Divers tetaplah enam orang. “Bila satu orang keluar, maka kami bubar. Dan kami menjamin tak akan ada yang keluar, sampai kapanpun, sampai kami tak bisa menyanyi lagi,” ujar sang kapten tim, Rimbar. 

Meskipun dalam perjalanannya sempat beberapa kali dirundung masalah, namun karir the Divers terbilang stabil. Mereka termasuk sebagai group vokal wanita Indonesia yang termasuk tahan lama dan mengalami karir yang meningkat. Di saat berbagai group vokal lain sempat lama vakum ataupun gonta-ganti personil, the Divers tak pernah mengalami perpecahan. Salah satu kuncinya, menurut manajemen Senyum, adalah karena kekompakan antar personilnya telah dibangun sedemikian rupa. Salah satunya adalah dengan menggelar pertemuan rutin antara 6 orang personil selama sepekan sekali, yang berisi sharing, curhat, dan kegiatan lain yang intinya adalah pengakraban dan pemecahan masalah bersama. 

Dalam menghadapi persaingan pasar, the Divers mampu membaca arah zaman, dengan tetap mempertahankan ciri khas mereka. Misalnya ketika sekarang jamannya girlband harus pintar nge-dance, the Divers telah mengantisipasinya sejak 2008 lalu dengan memperbanyak berlatih koreo (yang merupakan kelemahan mereka), tanpa haru meniru style koreografi atau tarian negara manapun. Sehingga dance yang dibawakan tetaplah dance ala the Divers, atau ala Indonesia, namun tetap dapat diterima anak muda penikmat dance-dance kontemporer. 

Selain itu, the Divers juga dikenal setia terhadap prinsip yang telah mereka pegang sejak awal terbentuk, seperti untuk tidak berpakaian terlalu seksi dan berperilaku yang rawan gosip. Kunci sukses lain adalah konsistensi dalam mempertahankan identitas khasnya, serta terus meningkatkan kualitas vokal mereka tanpa berhenti di jalan. Kini di saat para personilnya makin bertambah usia dan banyak yang akan menikah, ditambah makin banyaknya pesaing yang bermunculan, banyak pengamat dan kritikus yang menyebut bahwa era mereka telah habis dan tidak akan bertahan lama. The Divers pun merasa tertantang untuk membuktikan eksistensinya. “Grammy 2010 itu baru awal,” ujar Raras. Rencananya, pada pertengahan 2011 mereka akan merilis album terbarunya dengan sejumlah kejutan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar