Ini bukanlah sebuah tulisan kontradiktif. Memang, dalam tulisan sebelumnya, saya pernah membahas mengenai
Girlband Korea impian, tapi ya memang yang saya sukai dari Korea hanya girlband-girlband nya. Itu pun saya menyukai mereka sebagai seorang cowok normal - yang tentu senang melihat wanita-wanita cantik menari dan menyanyi apalagi kalau lagunya enak – dan sama sekali bukan sebagai penggemar K-pop. Sekali lagi, saya bukan penggemar K-pop. Lihat saja di daftar
6 Boyband Terfavorit yang pernah saya tulis, tidak ada boyband Korea. Sementara satu-satunya serial drama Korea yang pernah saya tonton hanyalah ‘Heading to the Ground’, itupun karena temanya tentang sepakbola.
Sekali lagi, saya InsyaAllah dan semoga bukan orang yang munafik. Dalam tulisan ini, saya hanya ingin mengutarakan keheranan saya yang sangat terhadap bagaimana budaya K-pop bisa over popular di negara kita. Bagaimana bisa muncul boyband-boyband dan girlband-girlband baru yang semuanya berorientasi ke boyband-girlband Korea. Gaya-gaya fashion ala korea pun sangat digemari dan ditiru oleh anak-anak muda kita. Hmm...mungkin ini lah contoh latahnya orang Indonesia. Saya masih ingat, bagaimana dulu sekitar tahun 2004-2007 budaya J-pop, harajuku, dan cosplay dari Jepang sempat begitu mewabah, dan sekarang nyatanya sudah mulai berkurang. Mundur lagi ke belakang, popularitas F4 sempat membuat kaum ABG Indonesia di awal 2000-an keranjingan budaya mandarin. Kemudian waktu Kuch Kuch Hota Hai booming tahun 2000, semua jadi tergila-gila film dan tarian India.
Saya hanya merasa bahwa bangsa kita ini seringkali minder dengan bangsa lain, sehingga malu dengan budaya sendiri dan menjadi mudah dikuasai budaya bangsa lain. Pertanyaannya : emang pantas kita minder? Hei, budaya dan potensi SDM Indonesia adalah yang terbaik di dunia!! Ini bukan omong kosong, sama sekali bukan.
Oke, karena saat ini yang akan saya bahas adalah wabah K-pop, maka coba kita bandingkan. Khususnya adalah soal boyband-girlband.
Pertama, soal wajah. Agnes Monica, Nindy, Audi Item, Aura Kasih, BCL, Rossa, dan masih banyak lagi. Mereka adalah penyanyi-penyanyi bersuara bagus dan sekaligus berwajah rupawan, dan kita semua tahu wajah cantik mereka itu murni ciptaan Tuhan. Sebagian mungkin sedikit tertolong make up, tapi sekalipun ketika tidak berias, saya lihat wajah mereka setidaknya tetaplah manis dan enak dilihat. Sedangkan para penyanyi Korea? Sudah menjadi rahasia umum, dari mana wajah cantik mereka berasal. Mungkin mereka kekurangan penduduk, sehingga sulit mencari yang bersuara indah dan cantik sekaligus. Makanya solusinya adalah dengan memberi sedikit (atau banyak?) sentuhan dokter bedah. Berbeda dengan kita, yang punya 100 juta lebih penduduk wanita berusia muda, hingga kita bisa sampai ke pelosok desa-desa untuk mencari yang berwajah manis dan bersuara bagus, dan itu tidaklah sulit.
Kedua, soal suara / vokal. Mereka penyanyi bukan? Jadi, mana yang lebih penting : suara atau penampilan fisik? ABG-ABG cewek berteriak-teriak melihat kegantengan para personil SuJu atau Shinee. Ketika Smash muncul, banyak yang mencibir mereka ikut-ikutan, menjiplak, dan sebagainya. Oke, saya mau bertanya sama kalian, para boyband Indonesia. Ngapain sih kalian ikut-ikutan style dari Korea? Saya kasih tahu ya, kalian punya modal lebih baik dari mereka : suara kalian itu lebih bagus!! (Bisma misalnya, suaramu sekarang sudah lebih bagus dari Lee Teuk! Kalau Kyuhyun okelah mungkin lebih bagus dikit dari Rafael) Ya, orang Indonesia menurut banyak penelitian itu memang diberikan anugrah berupa suara dasar yang bagus, dan ini biasanya dikarenakan faktor fisiologis dan lingkungan. Contohnya orang-orang Batak, Manado, dan Ambon, yang dari sananya suaranya sudah indah. Korea? Udah training bertahun-tahun tetep aja suaranya pas-pasan. Okelah, ada beberapa yang suaranya memang bagus seperti 2NE1, Big Bang, 2PM, 2AM, Wonder Girls, atau Brown Eyed Girls. Tapi yang lainnya?
Kalian yang fans-nya boyband-girlband lain boleh melempari saya pakai tomat. Tapi, cobalah kalian dengarkan baik-baik suara boyband-girlband Korea itu, terutama ketika mereka live performance. Cobalah dengarkan pakai headset, dengarkan versi mr.Removed-nya baik-baik. Tidak sekedar mendengarkan, tapi dipikir baik-baik. Atau coba bandingkan dengan boyband-girlband Indonesia masa lalu (AB Three, RSD, Trio Libel, dsb.) misalnya. Nanti akan terlihat nyata di mana letak kualitas vokal mereka. Tolong ya, masa’ sudah lypsinc saja masih tetap dibela, itu nggak realistis namanya. Kalau kalian memang suka dan sayang sama mereka, justru seharusnya kalian bisa kritis terhadap mereka. Suporter sepakbola yang dikenal anarkis itu saja masih lebih realistis. Buktinya, kalau tim kesayangannya kalah, mereka akan tetap loyal dan mendukung di satu sisi, tapi di sisi lain juga mengkritik dan memberi masukan. Saya tidak pernah mendengar suporter MU atau Barcelona, ketika timnya bermain buruk, tetap dibilang bermain bagus.
Ketiga, soal dance dan musik. Saya melihat musik Korea itu umumnya adalah remix dari R&B dan hip hop milik barat. Begitu pula dance-nya, yang memodifikasi street dance milik A.S. Sementara budaya asli mereka sendiri bersifat homogen alias cuma 1 karakter. Indonesia? Kita punya sekitar 19 macam corak musik tradisional dan tidak kurang dari 105 jenis tarian daerah. Masa’ segitu kayanya nggak dimanfaatkan?!! Terus, ngapain gunanya kita dulu ngucapin Sumpah Pemuda? Ya, Bung Karno, M.Yamin, atau Soegondo Joyopuspito pasti akan menangis prihatin melihat latahnya anak-anak muda sekarang ngikutin budaya luar. Maaf, tapi saya cuma mau mengingatkan kepada mereka yang membentuk boyband-girlband baru, bahwa kita punya gaya dan budaya sendiri yang jauh lebih kaya, indah, dan luhur. Contohnya, saya yakin, TaeYeon atau Hyorin Sistar sekalipun belum tentu bisa menyanyi dalam cengkok dangdut. Indonesia punya tembang Jawa atau musik Dayak yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari musik Rap. Jadi nggak perlulah ngikutin punya luar. Tuntutan pasar? Saya yakin, ketika kita tampil berbeda dari umum, justru itu akan menarik perhatian publik dan niscaya akan laku dijual! Apalagi kalau itu sudah membawa kebanggaan Nasional, maka pasar musik mancanegara akan tertarik. Nggak percaya? Coba aja!
Saya pernah menulis mengenai
the Divers, sebuah girlband Indonesia impian saya. Kira-kira seperti itulah konsep girlband Indonesia yang seharusnya menurut saya. Cantiknya alamiah, suaranya bagus dan terlatih, serta membawa unsur-unsur budaya lokal Indonesia dalam setiap musik dan dance-nya. Ah, saya berharap ada produser yang mewujudkan khayalan itu. Atau setidaknya, biarkanlah terlebih dahulu Ayu Ting Ting masuk jadi personil SNSD.
Ngomong-ngomong, bagi orang-orang Korea yang membaca ini, saya sama sekali tidak bermaksud merendahkan negara anda. Justru sebaliknya, saya begitu mengagumi bagaimana negara anda bisa berkarya secara maksimal dengan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, negara kami perlu banyak belajar pada negara anda terkait strategi promosi dan penguasaan pasar.