Halaman

Sabtu, 17 September 2011

bukan Alien, tapi Jin


Hati-hati, artikel saya kali ini dapat memukau nalar, mengguncang iman!

Da Vinci Code kalee... Yang jelas, saya menulis ini karena saya cukup risih dengan keyakinan sebagian besar umat manusia saat ini bahwa di luar angkasa sana terdapat mahluk luar angkasa seperti alien dan teman-temannya. Padahal, menurut keyakinan beragama saya, Allah tidak Menciptakan mahluk di sana. Setahu saya, selain manusia, Allah hanya menciptakan mahluk-mahluk hidup kasat mata seperti binatang dan tumbuhan, serta juga mahluk-mahluk gaib. Mahluk gaib di sini adalah malaikat, jin, setan, dan iblis. Saya belum pernah menemukan satu ayat Al Qur’an ataupun satu Hadits pun yang menyebutkan, baik secara eksplisit maupun implisit, bahwa terdapat mahluk-mahluk semacam manusia atau hewan di planet lain sana. Saya yakin demikian pula dengan di kitab-kitab agama lain. Yang ada 'penghuni'nya di luar bumi dan jauh di luar galaksi sana hanyalah surga dan neraka, yang masing-masing terdiri dari 7 lapisan. Wallahu a’lam bi sawab
Oke, mungkin pembaca termasuk orang-orang yang mungkin lebih mempercayai logika, atau mungkin baru mempercayai ayat-ayat agama apabila sesuai dengan nalar dan rasio. Penjelasan mengenai kemungkinan bahwa alien yang sering digunjingkan manusia itu sebenarnya adalah jin, sejauh yang saya temui di berbagai artikel internet, memang lebih banyak mengandalkan ayat-ayat agama saja. Maka dari itu, di sini saya akan mencoba memberikan hasil analisis saya yang berdasar metode penalaran psikologis. 

Menurut saya, setidaknya ada 3 faktor yang memperkuat kemungkinan bahwa alien itu sebenarnya adalah jin :

1. Perbedaan persepsi manusia

Bagaimana suatu stimulus / benda / hal diidentifikasikan sebagai apa, itu sangat bergantung pada persepsi manusia yang melihatnya. Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor budaya, lingkungan, serta pendidikan dan informasi yang diperoleh si individu yang berpersepsi tersebut. 

Contoh :
Berdasarkan kesaksian dari sejumlah orang, antara lain kasus di Brazil (1962), Argentina (1954), Seoul (1997), Prancis (1957 dan 1965), A.S (1975), alien yang mereka lihat secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut : tinggi tubuh tidak lebih dari 1 meter (kerdil), tidak berambut (botak) tapi kepalanya besar, dan mata bersinar. Bisa membayangkan? Coba seandainya yang bertemu ini adalah orang Indonesia atau Malaysia : pasti dianggap tuyul! 
gbr.Alien yg ditemukan di Siberia pada April 2011 (kiri)
gbr.Penampakan  tuyul di Bogor 2009 (kanan)
Kemudian berdasarkan kesaksian dari orang-orang yang pernah melihat jin yang saya peroleh dari internet, serta juga keponakan saya sendiri yang masih balita (tentunya masih polos dan jujur) yang memiliki kemampuan cenayang (melihat hal-hal gaib), jin yang mereka lihat secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut : setinggi manusia, muka agak persegi, telinga seperti telinga kuda atau kucing, hidung bulat, dan kulitnya sangat hitam pekat. Kira-kira bagaimana seandainya orang Amerika yang melihat ini? Dari kebanyakan film hollywood yang ada, beberapa mahluk luar angkasa juga digambarkan seperti ini, seperti misalnya di film ‘Farscape’, ‘Outer Space’ atau ‘Star Wars’.
gbr.karakter Chewbacca (Star Wars) (kiri)
gambaran Jenglot (kanan)
Jadi, jelas bahwa perkara apakah sesuatu itu dianggap jin atau alien, sangat bergantung pada budaya dan pola pikir orang yang melihatnya. Sehingga, apakah itu sebenarnya jin atau alien, masih patut dipertanyakan. Simpan pertanyaan anda, dan mari kita berlanjut ke faktor berikutnya. 

2. Adaptasi yang dilakukan jin itu sendiri

Mempercayai adanya mahluk lain yang menghuni bumi ini selain manusia, sesungguhnya sudah menjadi naluri bawaan dari manusia itu sendiri. Itu sudah ditunjukkan dalam sejarah peradaban manusia dan lahirnya agama-agama serta aliran kepercayaan. Jadi, untuk faktor ini saya berasumsi bahwa anda setidaknya tahu dan percaya bahwa ada yang namanya mahluk gaib seperti setan atau jin. 
Jin tidak seperti binatang, karena mereka dapat berpikir kompleks. Jin dapat merubah wujudnya menjadi apa pun. Meski kita tidak dapat melihat mereka, mereka dapat melihat kita. Sehingga, mereka mengetahui sejauh apa perkembangan yang ada pada kehidupan manusia. 

Satu pertanyaan : Kenapa penampakan UFO kebanyakan - bahkan hampir semuanya - muncul di negara barat ataupun negara maju lainnya, dan terjadi mulai abad ke-20 ? Masa’ alien milih-milih?
Pada abad pertengahan hingga akhir abad ke-19, orang-orang Eropa dan Amerika begitu takut pada mahluk-mahluk seperti drakula, frankenstein, Freddy Krueger, Jason Voorhees, hantu tanpa kepala, hantu rumah bekas terbakar, hantu keluarga korban pembunuhan berantai, hantu kapal tenggelam, dsb. Maka pada masa itu, jin sering menampakkan diri sebagaimana hal-hal tersebut.
gbr.penampakan UFO yg melintas di Arizona, A.S pada Maret 1997
disaksikan oleh ratusan orang, termasuk gubernur Arizona saat itu
Namun, seiring revolusi industri yang disusul kemajuan jaman, maka jin melihat orang-orang itu mulai rasional dan makin tidak percaya pada hantu. Sehingga, mereka pun mewujudkan diri dan mengatur kemunculan seolah-olah seperti berasal dari planet lain. Berikut dengan kendaraan UFO-nya (simbol kecanggihan teknologi) sebagai kedok penyamaran – sebenarnya bisa juga jin itu sendiri juga ‘berkembang’. Harapannya, hal itu dapat lebih diterima oleh akal orang-orang maju, dan tujuan sang jin untuk menakuti serta menyesatkan manusia tetap tercapai. Dan ternyata, misi itu memang sukses!
Bukti lain bahwa jin juga mungkin mengikuti perkembangan jaman, adalah banyaknya kasus penampakan hantu yang muncul tengah berpose di foto, atau ‘beraksi’ ketika mengetahui dirinya direkam oleh kamera. 
contoh penampakan jin yg turut 'berpose'
Sementara di negara-negara berkembang atau yang masih percaya pada agama, jin tetap lebih sering memunculkan diri dalam wujud roh orang mati ataupun mahluk-mahluk halus yang sesuai budaya setempat (seperti pocong di Indonesia, vampire di China, roh halus di Afrika, monster laut di Karibia).

3. Paradoks lain

Setelah dua hal di atas, masih ada paradoks (sesuatu yang patut dipertanyakan) lain yang memperkuat hipotesis / perkiraan saya bahwa alien itu sebenarnya adalah jin. 

Begini kira-kira paradoksnya : Kalau memang alien itu ada, dan konon katanya teknologinya sudah jauh lebih canggih daripada manusia bumi, kenapa mereka tidak mencoba berkomunikasi secara terang-terangan? Kalau mereka berniat baik, kenapa tidak langsung bertemu pihak-pihak tertentu di bumi dan berdiplomasi? Sebaliknya kalau mereka berniat jahat, kenapa tidak menyerang saja dari dulu? Toh kemungkinan bumi kalah kan besar, mengingat teknologi mereka yang nampak lebih canggih itu. 
Kenapa setiap ketahuan oleh manusia, mereka terus malah langsung melarikan diri dengan ngumpet atau menghilang. Modusnya persis kan, dengan jin, setan, atau hantu yang sering menghilang setiap habis menampakkan diri di depan manusia? Hmm, itu berarti alien itu sama dengan ..........


sumber referensi :
Sung Ryul,M., Kwang Woong,L.,& Hoe Seok,S. 2011. Why? Aliens and UFO. Jakarta:Elex Media Komputindo.
Shihab, M.Q. 2011. Yang Halus dan Tak Terlihat : Jin dalam Al Qur'an. Jakarta:Lentera Hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar