Saya membagi Piala Dunia ke dalam dua kategori, yaitu
PIala Dunia yang ‘minim kejutan’ dan ‘penuh kejutan’. Sejak Piala Dunia 1994,
piala dunia pertama yang ‘abnormal’ karena banyaknya kejutan, maka selanjutnya
siklus piala dunia menjadi seperti ini : Piala Dunia 1994 : penuh kejutan -
Piala Dunia 1998 : minim kejutan - PD 2002 : penuh kejutan – PD 2006 : minim
kejutan – PD 2010 : penuh kejutan. Apabila mengikuti siklus tersebut, maka
seharusnya PD 2014 kali ini akan minim kejutan.
Ada 2 ‘ciri’ utama dari piala dunia yang minim kejutan
:
1. Tidak ada satu tim Asia pun yang lolos ke babak 16
besar
2. Hanya akan tersisa maksimal 2 tim kuda hitam saja di
babak perempat final
Tapi ada satu catatan, bahwa minim kejutan di sini
bukan berarti grand finalnya kemudian akan mempertemukan 2 tim yang sebelumnya
memang berada di urutant teratas daftar tim yang paling diunggulkan (Brasil vs
Spanyol misalnya). Contohnya Piala Dunia 2006 yang sangat sedikit kejutannya
itu justru mempertemukan Italia dan Prancis, dua tim yang kala itu sedang tidak
berada dalam performa terbaiknya, di partai puncak. Sedangkan Piala Dunia 2010
yang banyak kejutannya, ujung-ujungnya tetap saja dijuarai oleh Spanyol, yang
memang paling banyak diunggulkan untuk menjadi juara.
*keterangan : yang ditulis merah adalah tim yang lolos
Grup A
Peluang lolos : Brasil (53%), Meksiko (27%), Kroasia (16%),
Kamerun (4%)
Brasil sebagai tuan rumah dan juga merupakan tim
raksasa, tak terbantahkan akan menjadi penguasa grup. Meksiko adalah sebuah tim
yang selama ini selalu dapat merepotkan Brasil, bahkan sering mengalahkan
mereka. Hal ini menjadikan mereka sebagai tim yang paling berpeluang
mendampingi tim Samba ke 16 besar. Namun, Kroasia yang berisikan pemain-pemain
macam Luka Modric dan Mario Mandzukic juga memiliki potensi yang lebih dari
cukup untuk mengganjal Meksiko. Kamerun lolos ke PD 2014 dengan diliputi penuh
keberuntungan, jadi nampaknya tim berjuluk Indomitable Lions itu hanya akan
jadi juru kunci grup.
Grup B
Peluang lolos : Spanyol (41%), Belanda (38%), Cili (14%),
Australia (7%)
Banyak yang menyebut grup ini sebagai grup maut. Saya
tidak setuju. Justru grup ini menjadi tidak menarik karena bersifat two horses race. Spanyol dan Belanda relatif
tidak punya rintangan untuk menjadi wakil grup B di babak 16 besar. Tim matador
dan tim oranye hanya akan berebut posisi juara grup saja. Cili yang memiliki
karakter bermain kuat khas Amerika Latin dan materi pemain yang lebih baik dari
Australia, akan menempati posisi tiga.
Grup C
Peluang lolos : Kolombia (26%), Pantai Gading (26%), Yunani
(24%), Jepang (24%)
Nah, justru grup C inilah grup maut yang sesungguhnya.
Kekuatan keempat tim betul-betul sangat merata, tidak ada satu tim yang lebih
baik dari tim lainnya. Tadinya saya memprediksi Kolombia paling besar
peluangnya jadi juara grup. Namun, seiring cederanya andalan utama sekaligus
nyawa tim mereka, Radamel Falcao, peluang itupun menurun. Meski begitu,
negaranya Andreas Escobar tetap saya prediksi bisa lolos meski mungkin butuh
perjuangan ekstra. Setiap gelaran piala dunia sejak 1990, selalu ada satu tim (tidak kurang, tidak lebih) Afrika
yang lolos ke 16 besar. Tahun ini, ‘jatah’ itu nampaknya akan jadi milik
Pantai Gading, mengingat tim-tim Afrika lain berada satu grup dengan tim-tim
besar dan sulit untuk lolos. Yunani punya potensi besar untuk mengejutkan,
sebagaimana yang mereka lakukan di Euro 2004. Apalagi negeri dewa-dewi ini
punya level permainan yang konsisten. Jepang mungkin terbentur oleh kutukan ‘piala
dunia minim kejutan’ terhadap tim-tim Asia (sebagaimana saya jelaskan di bagian
pendahuluan tadi). Namun, dengan level permainan yang terus meningkat, ditambah
makin banyaknya pemain mereka yang jadi andalan klub-klub besar Eropa, maka
menjadi juara grup sekalipun masih mungkin bagi tim Samurai Biru. Intinya, ini
adalah the real hell, grup yang
paling sulit diprediksi.
Grup D
Peluang lolos : Italia (34%), Uruguay (33%), Inggris (31%),
Kostarika (2%)
Saya pikir semua pengamat sepakat mengenai status grup
ini sebagai grup neraka. Ada tiga tim kuat dan memiliki sejarah panjang di
piala dunia, yang memiliki peluang sama besarnya untuk lolos dari grup ini. Italia
memang terpuruk pada PD 2010, namun setelah itu mereka kembali ke jalurnya
dengan melaju ke final Euro 2012 dan lolos ke PD 2014 sebagai juara grup tanpa
terkalahkan di babak kualifikasi. Biasanya tim besar yang terpuruk di PD
sebelumnya akan bisa melangkah jauh di PD berikutnya. Uruguay, meski kondisi
Suarez masih meragukan, namun tetap saja memiliki banyak modal lain untuk
bicara banyak di PD kali ini. Antara lain adalah materi pemain yang bagus,
pengalaman sebagai semifinalis di PD sebelumnya, dan tuah tanah Brasil terhadap
mereka. Tuah yang dimaksud adalah motivasi mengulang kejayaan di PD 1950 di
tempat yang sama, dan jarak yang dekat sehingga memudahkan suporter
berbondong-bondong datang mendukung. Inggris dengan materi pemain muda
menjanjikan dan memiliki liga terbaik di dunia tetap tidak bisa dipinggirkan
dari persaingan. Kostarika boleh dibilang hanya akan menjadi pelengkap semata.
Meski begitu, biasanya tim yang menjadi satu-satunya non-unggulan di sebuah
grup maut akan mampu mencuri setidaknya satu poin dari salah satu tim. Saya
prediksi ‘korban’ Kostarika tersebut adalah antara Italia atau Inggris.
Grup E
Peluang lolos : Prancis (43%), Honduras (21%), Swiss (21%),
Ekuador (15%)
Prancis, yang performanya masih naik-turun, sangat
beruntung hasil undian menempatkan mereka di grup ini. Di antara tiga tim
lainnya, belum ada yang bisa menyaingi kemampuan tim Ayam Jantan. Honduras
adalah tim yang terus mengalami perkembangan dewasa ini dan punya ‘hobi’
menjadi giant killer. Sedangkan Swiss
adalah tim Eropa yang, sebagaimana Yunani, memiliki level permainan yang
konsisten. Kedua tim ini saya prediksi akan bersaing ketat untuk menjadi
runner-up grup. Ekuador sudah pernah mengejutkan di PD 2006, dan biasanya hal
seperti itu sulit untuk diulang (alias keajaiban tak datang dua kali).
Grup F
Peluang lolos : Argentina (56%), Bosnia-Herzegovina (23%),
Nigeria (16%), Iran (5%)
Argentina saya jadikan sebagai tim dengan nilai
presentase peluang tertinggi untuk lolos dari grupnya, di antara semua tim
peserta piala dunia. Ini dikarenakan, dengan segala kelebihan yang mereka
miliki – mulai dari materi pemain bintang, penyerang-penyerang yang ganas,
motivasi tinggi karena bermain di tanah ‘tetangga gaduh’, hingga rasa penasaran
dari sang megabintang Lionel Messi terhadap trofi piala dunia – mereka
dipertemukan dengan tim-tim lawan yang levelnya masih sangat sulit untuk bisa
menyaingi Tim Tango. Bosnia-Herzegovina adalah jagoan saya di PD kali ini, dan
memang banyak yang memprediksi Edin Dzeko cs. bisa menjadi tim kuda hitam.
Nigeria untuk ketiga kalinya harus bertemu Argentina di ajang piala dunia.
Modal sebagai juara Afrika sama sekali bukan jaminan bersih untuk bisa lolos
dari grup ini, meski mereka tetap bisa menjegal langkah Bosnia. Iran, seperti
di tiga PD yang pernah mereka ikuti, masih sulit untuk sekedar bisa menang
sekalipun.
Grup G
Peluang lolos : Jerman (39%), Portugal (30%), Ghana (17%),
A.S (14%)
Istilah yang paling tepat untuk menggambarkan grup ini
adalah : gampang-gampang susah. Jerman memang sangat diunggulkan. Selalu melaju
hingga babak semifinal 4 turnamen besar terakhir (PD ataupun Euro) sudah cukup
menggambarkan betapa mengerikannya timnas satu ini. Portugal memang
kelihatannya terlalu bergantung pada CR7. Namun, ‘anehnya’ cukup dengan
mengandalkan sang megabintang saja, tim yang belum pernah jaura PD ini tetap
mampu beberapa kali tampil hebat. Ghana memang berhasil lolos ke babak
knock-out dalam dua piala dunia berturut-turut 2006-2010. Namun, dengan
menghitung juga peluang tim-tim Afrika lain, maka seperti yang saya bilang tadi
(lihat : pembahasan grup C) jatah satu tiket miliki wakil Benua Hitam kali ini
akan menjadi milik Pantai Gading. Ini adalah untuk ketiga kalinya
berturut-turut A.S berjumpa dengan Ghana di piala dunia, dan dalam 2 pertemuan
sebelumnya mereka selalu kalah. Maka sepertinya tim negeri Paman Sam yang
dilatih Juergen Klinsmann hanya akan mempersulit Jerman saja.
Grup H
Peluang lolos : Belgia (38%), Russia (36%), Korsel (20%),
Aljazair (6%)
Belgia banyak diperhitungkan sebagai tim yang bisa
melaju jauh bahkan menyaingi tim-tim besar. Modal ‘generasi emas’ jadi
alasannya. Namun, menurut saya, bagi sebuah tim yang belum banyak pengalaman di
turnamen besar, status unggulan tersebut bisa menjadi beban bagi Belgia
sendiri. Sementara Russia yang ditangani oleh pelatih bermental juara, Fabio
Capello, punya peluang besar untuk bisa mengambil keuntungan dari rasa grogi
pesaingnya dari sesama Eropa tersebut. Korea Selatan belakangan mulai menurun
penampilannya, ditambah dengan adanya kutukan terhadap tim Asia (lihat : bagian
pendahuluan), sepertinya kali ini mereka tidak akan mengulang prestasi di PD
2010 dengan lolos ke 16 besar. Namun, untuk sekedar berada di atas Aljazair,
itu masih sangat mungkin.
*keterangan : yang ditulis merah adalah tim yang menang
16 besar
Brasil vs Belanda (59-41)
Saat yang tepat untuk membalas dendam PD 2010, itulah
yang akan timbul dalam pikiran para pemain tuan rumah. Belanda yang sedang
dalam fase regenerasi, akan mengalami banyak kesulitan untuk membendung tim
Samba yang telah memiliki segudang modal menghadapi kompetisi ini. Sneijder dan
Robben akan mengakhiri karir mereka di piala dunia di babak ini.
Kolombia vs Uruguay (47-53)
Duel sesama Amerika Latin, menarik. Dengan pola
permainan yang hampir sama dan sudah saling mengenal, pertarungan akan
berlangsung ketat. Pemenang akan ditentukan oleh siapa yang memiliki materi
pemain sedikit lebih baik, dan itu adalah Uruguay.
Prancis vs Bosnia-Herzegovina (48-52)
Dalam setiap gelaran ‘piala dunia minim kejutan’
sekalipun, biasanya tetap akan ada satu tim kejutan, dan umumnya mereka adalah
tim dari Eropa Timur. Contohnya adalah Bulgaria di PD 1994, Kroasia di PD 1998,
Turki di PD 2002, dan Ukraina di PD 2006. Ada dua tim yang sebenarnya memiliki
peluang untuk menjadi kuda hitam di PD ini, yaitu Belgia dan Bosnia. Namun, tim
Belgia (lihat : pembahasan grup H) akan memiliki beban dari harapan banyak
orang terhadap mereka, dan itu bisa membuat ‘jatah’ tim kejutan melayang ke
tangan Bosnia. Prancis memang tetap memiliki peluang besar untuk lolos,
mengingat mereka sedang dalam fase kebangkitan dan ditangani oleh pelatih
bertangan dingin Didier Deschamps. Namun pada akhirnya benturan yang keras ini
tetap akan dimenangi oleh Dzeko cs.
Jerman vs Russia (65-35)
Lagi-lagi Capello mentok di babak 16 besar. Materi 100%
pemain klub lokal yang dimilikinya bisa menjadi nilai plus, tapi bisa juga
menjadi sebuah blunder. Menghadapi tim sekelas Mesut Ozil dkk., maka yang kedua
yang benar.
Spanyol vs Meksiko (67-33)
Meksiko lolos secara sangat beruntung ke PD 2014 ini,
hanya berkat ‘pertolongan’ gengsi A.S yang tidak ingin kalah dari Panama di
partai terakhir babak kualifikasi zona Concacaf. Saya pribadi pun menganggap
tim Sombrero tidak ada di piala dunia kali ini. Sangat kebetulan kalau sampai
mereka betul-betul bertemu tim raksasa Spanyol di 16 besar, biar cepat
tersingkirlah.
Italia vs Pantai Gading (72-28)
Dalam ‘piala dunia minim kejutan’, perjuangan tim
Afrika biasanya hanya akan sampai di babak 16 besar. Itu juga yang akan dialami
Yaya Toure cs. Italia, yang sebagaimana Prancis, berada dalam fase kebangkitan,
akan sangat mampu untuk memanfaatkan tradisi tersebut.
Argentina vs Honduras (73-27)
Menghadapi Lionel Messi dkk.? Kejutan besar Honduras akan
berhenti sampai di sini. #udahituaja
Belgia vs Portugal (46-54)
Belgia yang jadi sorotan, akan memiliki beban besar (lihat :
pembahasan grup H). Meski begitu, Cristiano Ronaldo cs. tetap tidak akan mudah
untuk mengalahkan mereka. Hasil akhir dimenangkan oleh mereka yang lebih
berpengalaman.
Perempatfinal
Brasil vs Uruguay (61-39)
Maracana, 16 Juli 1950. Final piala dunia, jadi tuan
rumah, didukung 200.000 penonton, dan ….. kalah. Seluruh rakyat Brazil tidak
akan pernah lupa hari itu. Dan pertemuan ini (jika memang benar-benar terjadi),
akan menjadi momentum untuk membalas dendam kesumat tersebut. Dan kali ini,
sepertinya tuan rumah akan sukses.
Bosnia-Herzegovina vs Jerman (36-64)
Bosnia akan mengikuti jejak Ukraina 2006, kuda hitam yang
kalah di perempatfinal dari kandidat juara.
Spanyol vs Italia (53-47)
Ulangan final Euro 2012 dan semifinal Piala Konfederasi
2013. Dalam dua kesempatan tersebut, Spanyol menang relatif mudah. Akan tetapi,
perjuangan tim matador akan lebih sulit lantaran lawan sudah mulai hafal cara
menangkal tiki-taka mereka. Meski begitu, Spanyol yang masih mengandalkan
hampir semua alumnus PD 2010 masih terlalu tangguh bagi pasukan muda Gli
Azzuri.
Argentina vs Portugal (56-44)
Finally, Messi vs Ronaldo in World Cup! Ini mungkin
sudah menjadi ekspektasi banyak penggila bola, dan secara alur kompetisi
harapan itu sangat mungkin terwujud di gelaran kali ini. Dan sebagaimana di La
Liga dan perebutan Ballon D’Or, Messi yang akan memenangkan pertarungan ini.
Semifinal
Brasil vs Jerman (49-51)
Empat kali berturut-turut lolos hingga semifinal 4
turnamen beruntun (lihat : pembahasan grup G) rasanya sudah cukup bagi Jerman.
Inilah saatnya melangkah lebih jauh. Apalagi para pemain yang empat tahun lalu
masih tergolong muda, kini sudah berada pada usia emas. Sedangkan Brasil,
sangat gatal ingin kembali merebut trofi yang terakhir direngkuh 12 tahun yang
lalu. Brasil sudah menjuarai ajang ini sebanyak lima kali dan ironisnya, mereka
justru gagal dalam kesempatan pertama menjadi tuan rumah pada PD 1950. Tentu
mereka ingin menebus hal tersebut dalam kesempatan kedua ini. Jadi, boleh
dibilang duel ini sebagai duel sesama tim dengan ambisi ‘Now or Never’. Tapi
feeling saya mengatakan Jerman yang akan menang. Ya, hanya feeling. Karena
kekuatan dan kondisi mental kedua tim sangat seimbang. Dukungan penonton tidak
selalu ‘ngefek’ untuk piala dunia.
Spanyol vs Argentina (47-53)
Spanyol juara lagi? I don’t think so. Mereka masih
mengandalkan muka-muka lama. Permainan tiki-taka, meski sudah banyak
dimodifikasi oleh Del Bosque sendiri, namun tetap saja sudah mulai terbaca.
Liga Champions sudah membuktikan itu melalui kegagalan Barcelona dan Bayern
Muenchen-nya Pep. Jadi, langkah juara bertahan kemungkinan besar akan selesai
di fase ini. Setelah 1986, baru kali ini tuan rumah kembali ke Amerika Latin.
Jadi, inilah waktu yang tepat bagi tim Tango untuk unjuk gigi, setelah sekian
lama ‘terbenam’.
Perebutan Juara 3
Brasil vs Spanyol (54-46)
Perebutan tempat ketiga sering menjadi duel ‘barisan
sakit hati’. Gengsi akan lebih menentukan daripada faktor teknis. Gengsi dan
motivasi lebih tinggi umumnya lebih dimiliki oleh tuan rumah dibandingkan juara
bertahan.
Final
Jerman vs Argentina (51-49)
Di manapun, kompetisi apapun, partai grandfinal selalu
sulit untuk diprediksi. Bahkan sekalipun misalnya duel yang terjadi adalah
antara tim unggulan vs non-unggulan. Apalagi bila sesama tim unggulan dengan
materi pemain dan kualitas permainan yang setara. Jerman vs Argentina ini mirip
dengan Italia vs Prancis di final 2006. Pertarungan akan berlangsung sengit
hingga menit terakhir. Kedengarannya normatif, tapi memang itulah yang akan
terjadi. Para pemain kedua tim sama-sama berada di usia emas dan performa
puncak. Liga Jerman sedang berkembang pesat, namun para pemain Argentina juga menjadi
andalan di tim-tim papan atas liga Eropa. Yang agak berbeda adalah gaya
permainan. Jerman lebih mengandalkan power dan umpan panjang dengan
mengandalkan sayap, sementara Argentina lebih mengandalkan skill individu
pemain dan permainan pressing. Satu hal yang juga bisa menjadi pembeda adalah
faktor pelatih. Joachim Loew di kubu tim panser memiliki pengalaman dan
kapabilitas lebih baik dari Alejandro Sabella di kubu Argentina. Namun, pelatih
berprinsip keras seperti Sabella kadang dapat mengejutkan. Dari berbagai
hitung-hitungan, maka saya menilai Jerman lebih siap untuk menjadi juara kali
ini, sekaligus menjadi tim Eropa pertama yang menjadi juara piala dunia yang
digelar di benua Amerika. Argentina sepertinya butuh regenerasi.
Yang jelas, semua ini hanya prediksi, sangat mungkin salah.
Bahkan, sebagai seorang penyuka kejutan, saya justru berharap prediksi saya kali
ini banyak yang salah J