Tersebutlah dalam dunia pewayangan, sebuah kitab yang
biasa sebut sebagai ‘Mahabharata’. Kitab ini mengisahkan mengenai pertempuran
antar dua kelompok yaitu Kurawa dan Pandawa. Kurawa dan Pandawa sebenarnya
adalah saudara sepupu. Namun, karena kedzaliman dari pihak Kurawa terhadap
Pandawa, ditambah dengan perebutan kerajaan Hastinapura, maka permusuhan yang
berujung pada pertempuran di antara keduanya pun tak terelakkan.
Kurawa dan Pandawa adalah anak-anak dari dua orang kakak
beradik, Destarastra dan Pandudewanata. Destarastra memiliki seratus orang
anak, dengan anak yang tertua sekaligus sebagai pemimpin bernama Duryodhana.
Kelompok anak Destarastra inilah yang disebut sebagai Kurawa. Kurawa memiliki
watak yang kejam, keras, sombong, arogan, dan licik. Sementara Pandudewanata
memiliki lima orang anak yang biasa disebut dengan Pandawa Lima, yang terdiri
dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Pandawa memiliki karakter jujur,
sederhana, rendah hati, tegas, kuat, namun teraniaya.
Namun, sebenarnya salah satu faktor yang menjadi penyebab
perilaku Kurawa yang negatif tersebut adalah adanya hasutan dari Sengkuni. Sengkuni adalah
patih di kerajaan Hastinapura yang adalah juga adik ipar dari Destarastra.
Sengkuni merupakan sosok yang sangat licik dan manipulatif. Sedari awal dia telah menghasut Destarastra untuk memusuhi
Pandu dan merebut tahta Hastinapura. Setelah Destarastra menjadi raja dan para
Kurawa lahir, Sengkuni memprovokasi Duryodhana dan adik-adiknya untuk
menyingkirkan Pandawa Lima dan menguasai penuh kerajaan.
patih sengkuni |
Sengkuni memang dikisahkan sebagai tokoh yang suka
menghasut pihak-pihak yang potensial menjadi penguasa dan mudah untuk
dipengaruhi. Dia juga gemar memprovokasi. Namun, metode yang dia gunakan sangat
halus dan cerdas, hingga para dewan menteri Hastinapura yang sebenarnya tidak
suka padanya dan mencium kelicikannya pun tak mampu mengeluarkan dia dari
kerajaan.
Dalam dunia perpolitikan di Indonesia pasca reformasi
ini, banyak ‘Sengkuni’ bertebaran di mana-mana. Sebagaimana Sengkuni dalam
Mahabharata tadi, para sengkuni Indonesia ini gemar menjilat kepada para
penguasa, serta menyusun siasat bagaimana caranya agar dapat memperoleh keuntungan
ekonomi yang besar, menjadi kebal dari hukum, dan juga menyebarkan pemikiran
atau ideologinya. Di sisi lain, sebagaimana juga salah satu motivasi Sengkuni
adalah untuk meruntuhkan kerajaan Hastinapura, maka terdapat pula ‘sengkuni-sengkuni’
yang motivasi sebenarnya adalah menghancurkan mental dan ekonomi bangsa negara
ini, sehingga menjadi mudah untuk dikuasai.
Satu hal yang patut diwaspadai oleh rakyat Indonesia,
para ‘Sengkuni’ itu sekarang tidak lagi mendekati kubu Kurawa, namun justru
beralih kepada para Pandawa. Sengkuni melihat Kurawa sekarang sudah tidak bisa
lagi diajak kerjasama. Entah karena kubu Kurawa merasa sudah bisa bekerja
sendiri, merasa cukup dengan modal yang ada untuk berkuasa, ataukah malah
mereka sudah mau bertobat.
Sementara di sisi lain kubu Pandawa sekarang sudah
mulai unjuk gigi dan makin populer. Bisa jadi karena rakyat juga sudah bosan
dengan kebusukan para Kurawa. Sengkuni yang sangat licik dan licin itupun
memanfaatkan momentum tersebut untuk mencoba mengalihkan hasutannya kepada para
Pandawa. Gawatnya, Pandawa nampaknya termakan oleh hasutan tersebut hingga
bersedia menuruti perintah dan permintaan Sengkuni.
Rakyat boleh jadi tidak menyukai kubu Kurawa yang mungkin
memang masih menyimpan sifat-sifat buruknya. Tapi rakyat juga harus hati-hati,
karena Pandawa yang protagonis itu sekarang sudah dibackingi oleh Sengkuni. Tentu
saja motivasi Sengkuni masih tetap sama : berkuasa secara ideologis, ekonomi,
dan politik, tanpa mempedulikan rakyat. Hmm…kalau begini caranya, sepertinya
rakyat Indonesia masih harus bersabar lebih lama untuk menunggu datangnya ‘satrio
piningit’ yang sesungguhnya.