Kita
belum lama melewati sebuah gelaran pesta sepakbola yang cukup gegap gempita,
yaitu Piala Eropa 2012. Sebagaimana sebuah turnamen sepakbola kelas dunia,
hampir semua orang di dunia – bahkan yang biasanya kurang menggemari sepakbola
sekalipun – begitu antusias menonton dan mengikuti perkembangan turnamen ini.
Meski pagi harinya harus bekerja di kantor atau membuka usaha, orang-orang rela
bergadang pada dini hari demi menonton turnamen ini, hingga akhirnya bekerja
sambil mengantuk-ngantuk.
Begitu
gelaran Euro 2012 itu usai, orang-orang kembali beraktivitas normal seperti
sedia kala. Namun, tanpa sadar – atau sengaja tidak menyadari – kita sebenarnya
akan menghadapi sebuah kompetisi yang jauh lebih besar, yang tidak ada
bandingannya dibanding Euro atau bahkan Piala Dunia dan Olimpiade sekalipun.
Turnamen itu bernama bulan Ramadhan, atau saya menyebutnya sebagai ‘Piala
Akhirat’.
Piala
Akhirat? Ya, memang seperti itulah bulan Ramadhan. Apabila Piala Dunia atau
Piala Eropa hanya diikuti segelintir orang saja, maka kita semua yang beragama
Islam tanpa terkecuali bakal terlibat dan turut berkompetisi dalam Piala
Akhirat ini. Apabila dalam Piala Dunia atau Piala Eropa kita mungkin gak
‘kecipratan’ hadiah, honor, serta doorprize yang diterima oleh para peserta dan
juga juaranya, maka dalam Piala Akhirat ini, kita bisa turut kebagian
hadiahnya! Padahal hadiah yang ditawarkan dalam Piala Akhirat ini amat sangat
jauh lebih besar daripada hadiah yang diperoleh oleh juara Piala Dunia. Apa
nggak asyik tuh?!
Hadiah
yang diterima oleh Spanyol ketika menjuarai Piala Dunia 2010 adalah sebesar
total 30 juta U.S dollar (Rp 271 Miliar), sementara tiap pemainnya
masing-masing mendapat bonus tambahan hampir sebesar Rp 7 Miliar. Bandingkan
dengan hadiah yang bakal kita terima, dengan ‘hanya’ sekedar turut berkompetisi
dalam Piala Akhirat ini. Misalnya, ketika kita makan sahur. Dalam sebuah Hadits
disebutkan bahwa di dalam sahur itu terdapat keberkahan, dan Allah serta para
malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur. Kita diperhatikan
sama Allah dan malaikat aja itu berarti kita bakalan dikasih apa aja yang kita
minta, apalagi ini kita dishalawatin! Begitu pula ketika kita berbuka. Dari Abu
Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda : Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Hamba-hambaKu yang paling Aku sukai adalah yang paling cepat kalau berbuka
puasa” (HR. Tirmidzi).
Sejatinya,
bulan Ramadhan memang sebuah kompetisi. Sebagaimana tugas manusia di dunia
untuk fastabiqul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan (QS.2:148), maka demikian
pula dengan berpuasa dan beribadah dalam bulan Ramadhan ini. Kualitas antara
satu orang dengan orang lainnya dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan akan
berbeda, dan itu akan turut menentukan sejauh mana mereka melangkah di bulan
suci ini dan sebesar apa ganjaran yang akan mereka dapatkan. Mereka yang
‘menang’ akan berbahagia di hari raya Idul Fitri yang juga sering disebut
sebagai hari kemenangan. Ini mirip seperti Piala Dunia atau Piala Eropa yang
kompetisinya bertahap mulai dari babak kualifikasi, fase grup, perempatfinal,
semifinal, hingga grand final.
Bulan
Rajab dan Sya’ban boleh dibilang sebagai ‘babak kualifikasi’. Mereka yang
gembira menyambut datangnya Ramadhan, diharamkan oleh Allah jasadnya menyentuh
api neraka (HR.Nasa’i). Mereka pula lah yang lebih berpeluang untuk dapat
menempuh Ramadhan secara khusyu’ dan berhasil. Seseorang yang dalam puasanya
tidak mampu menahan amarah dan nafsunya, maka tidak ada yang didapatkannya melainkan
hanya lapar dan haus (HR.Ahmad). Namun bagi mereka yang berhasil menahan nafsu
dan syahwatnya di bulan puasa, maka mereka akan digolongkan sebagai orang-orang
bertakwa (QS.2:183). Mereka itulah ibaratnya orang-orang yang akan melaju ke fase knock out (perempatfinal dst).
Motivasi
seseorang seringkali menurun pada hari-hari terakhir Ramadhan. Padahal, justru
pada 10 hari terakhir itulah Allah SWT Menurunkan sebanyak-banyaknya pahala,
rahmat, dan ampunan, bahkan lebih besar dari hari-hari lain sepanjang tahun. Di
sinilah pula terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Maka
dari itu kemudian kita dianjurkan untuk beriktikaf di masjid, memperbanyak
shalat malam dan membaca Al Qur’an. Nah, orang-orang yang melakukan iktikaf dan
berbagai ibadah di akhir-akhir Ramadhan inilah mereka yang lolos ke partai
final. Sementara mereka yang 10 hari terakhir lebih rajin belanja dan ke mall,
ya boleh dibilang cuma sampai perempatfinal aja deh.
Terus,
tropi juaranya? Kalau Piala Dunia dan Eropa tropinya hanya ada satu, maka untuk
Piala Akhirat ini tidak tanggung-tanggung, Allah Azza wa Jalla Menyediakan
sebanyak-banyaknya tropi sampai tak terhingga jumlahnya! Dengan demikian,
berarti sebenarnya kita semua, tanpa terkecuali, berpeluang untuk memboyong
Piala Akhirat tersebut dan mendapat ‘hadiah-hadiah tambahan’ lain yang tak
ternilai di hari akhir kelak. So, masih tidak tertarik untuk ikut berlaga?