Halaman

Kamis, 12 Juli 2012

Piala Akhirat



Kita belum lama melewati sebuah gelaran pesta sepakbola yang cukup gegap gempita, yaitu Piala Eropa 2012. Sebagaimana sebuah turnamen sepakbola kelas dunia, hampir semua orang di dunia – bahkan yang biasanya kurang menggemari sepakbola sekalipun – begitu antusias menonton dan mengikuti perkembangan turnamen ini. Meski pagi harinya harus bekerja di kantor atau membuka usaha, orang-orang rela bergadang pada dini hari demi menonton turnamen ini, hingga akhirnya bekerja sambil mengantuk-ngantuk.

Begitu gelaran Euro 2012 itu usai, orang-orang kembali beraktivitas normal seperti sedia kala. Namun, tanpa sadar – atau sengaja tidak menyadari – kita sebenarnya akan menghadapi sebuah kompetisi yang jauh lebih besar, yang tidak ada bandingannya dibanding Euro atau bahkan Piala Dunia dan Olimpiade sekalipun. Turnamen itu bernama bulan Ramadhan, atau saya menyebutnya sebagai ‘Piala Akhirat’.

Piala Akhirat? Ya, memang seperti itulah bulan Ramadhan. Apabila Piala Dunia atau Piala Eropa hanya diikuti segelintir orang saja, maka kita semua yang beragama Islam tanpa terkecuali bakal terlibat dan turut berkompetisi dalam Piala Akhirat ini. Apabila dalam Piala Dunia atau Piala Eropa kita mungkin gak ‘kecipratan’ hadiah, honor, serta doorprize yang diterima oleh para peserta dan juga juaranya, maka dalam Piala Akhirat ini, kita bisa turut kebagian hadiahnya! Padahal hadiah yang ditawarkan dalam Piala Akhirat ini amat sangat jauh lebih besar daripada hadiah yang diperoleh oleh juara Piala Dunia. Apa nggak asyik tuh?!

Hadiah yang diterima oleh Spanyol ketika menjuarai Piala Dunia 2010 adalah sebesar total 30 juta U.S dollar (Rp 271 Miliar), sementara tiap pemainnya masing-masing mendapat bonus tambahan hampir sebesar Rp 7 Miliar. Bandingkan dengan hadiah yang bakal kita terima, dengan ‘hanya’ sekedar turut berkompetisi dalam Piala Akhirat ini. Misalnya, ketika kita makan sahur. Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa di dalam sahur itu terdapat keberkahan, dan Allah serta para malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur. Kita diperhatikan sama Allah dan malaikat aja itu berarti kita bakalan dikasih apa aja yang kita minta, apalagi ini kita dishalawatin! Begitu pula ketika kita berbuka. Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda : Allah Azza wa Jalla berfirman, “Hamba-hambaKu yang paling Aku sukai adalah yang paling cepat kalau berbuka puasa” (HR. Tirmidzi).

Sejatinya, bulan Ramadhan memang sebuah kompetisi. Sebagaimana tugas manusia di dunia untuk fastabiqul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan (QS.2:148), maka demikian pula dengan berpuasa dan beribadah dalam bulan Ramadhan ini. Kualitas antara satu orang dengan orang lainnya dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan akan berbeda, dan itu akan turut menentukan sejauh mana mereka melangkah di bulan suci ini dan sebesar apa ganjaran yang akan mereka dapatkan. Mereka yang ‘menang’ akan berbahagia di hari raya Idul Fitri yang juga sering disebut sebagai hari kemenangan. Ini mirip seperti Piala Dunia atau Piala Eropa yang kompetisinya bertahap mulai dari babak kualifikasi, fase grup, perempatfinal, semifinal, hingga grand final.

Bulan Rajab dan Sya’ban boleh dibilang sebagai ‘babak kualifikasi’. Mereka yang gembira menyambut datangnya Ramadhan, diharamkan oleh Allah jasadnya menyentuh api neraka (HR.Nasa’i). Mereka pula lah yang lebih berpeluang untuk dapat menempuh Ramadhan secara khusyu’ dan berhasil. Seseorang yang dalam puasanya tidak mampu menahan amarah dan nafsunya, maka tidak ada yang didapatkannya melainkan hanya lapar dan haus (HR.Ahmad). Namun bagi mereka yang berhasil menahan nafsu dan syahwatnya di bulan puasa, maka mereka akan digolongkan sebagai orang-orang bertakwa (QS.2:183). Mereka itulah ibaratnya orang-orang yang akan melaju ke fase knock out (perempatfinal dst).

Motivasi seseorang seringkali menurun pada hari-hari terakhir Ramadhan. Padahal, justru pada 10 hari terakhir itulah Allah SWT Menurunkan sebanyak-banyaknya pahala, rahmat, dan ampunan, bahkan lebih besar dari hari-hari lain sepanjang tahun. Di sinilah pula terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Maka dari itu kemudian kita dianjurkan untuk beriktikaf di masjid, memperbanyak shalat malam dan membaca Al Qur’an. Nah, orang-orang yang melakukan iktikaf dan berbagai ibadah di akhir-akhir Ramadhan inilah mereka yang lolos ke partai final. Sementara mereka yang 10 hari terakhir lebih rajin belanja dan ke mall, ya boleh dibilang cuma sampai perempatfinal aja deh.

Terus, tropi juaranya? Kalau Piala Dunia dan Eropa tropinya hanya ada satu, maka untuk Piala Akhirat ini tidak tanggung-tanggung, Allah Azza wa Jalla Menyediakan sebanyak-banyaknya tropi sampai tak terhingga jumlahnya! Dengan demikian, berarti sebenarnya kita semua, tanpa terkecuali, berpeluang untuk memboyong Piala Akhirat tersebut dan mendapat ‘hadiah-hadiah tambahan’ lain yang tak ternilai di hari akhir kelak. So, masih tidak tertarik untuk ikut berlaga?

Rabu, 04 Juli 2012

Puisi Sepasang Merpati



Kala merpati temukan pasangannya
Pemburu kan iba
Tupai kan malu menatap
Elang pun enggan menerkam

Kala merpati terbang berpasangan
Dahan kan mengiba
Angin kan malu bertiup kencang
Hujan pun enggan menetes

Merpati terbang berdua
Kepakkan sayap bersama

Tak satu pun kacaukan merpati
Tak jua semesta

Kala Tuhan berikan jalan
Maka sarang pun menahan
Dua merpati hinggap di peraduan
Memadu kasih di pohon harapan